JAKARTA, KOMPAS TV - Sebuah surat terbuka ditulis oleh seorang dokter spesialis penyakit dalam bernama Taufiq Muhibbuddin Waly terkait vaksinasi yang dilakukan Presiden Joko Widodo atau Jokowi.
Dokter asal Cirebon, Jawa Barat, itu dalam suratnya meminta agar vaksinasi Covid-19 terhadap mantan Wali Kota Solo itu dilakukan lagi atau lebih tepatnya diulang.
Baca Juga: Jusuf Kalla: Kasus Positif Covid-19 di Indonesia Bisa Capai Satu Juta pada Akhir Januari 2021
Surat terbuka yang ditulis Taufiq dan sempat viral itu menyebut bahwa penyuntikan vaksin Covid-19 terhadap Jokowi oleh Dokter Kepresidenan, Abdul Muthalib, dinilai gagal.
Setelah menyaksikan proses vaksinasi Jokowi yang disiarkan secara langsung, Taufiq mengatakan, injeksi vaksin Sinovac kepada Jokowi seharusnya menembus otot atau intramuskular dan dilakukan tegak lurus atau 90 derajat.
Namun demikian, saat dilakukan penyuntikan, Taufiq menuturkan, Presiden Jokowi tampak tubuhnya tidak tegak lurus 90 derajat.
Baca Juga: Ketua MPR Bambang Soesatyo Divaksin Sinovac di Rumah Dinas, Ini Katanya..
Karena posisinya demikian, Taufiq menuturkan, menyebabkan vaksin tidak menembus otot, sehingga vaksin Covid-19 tidak masuk ke dalam darah.
"Hal tersebut menyebabkan vaksin tidak menembus otot, sehingga tidak masuk ke dalam darah. Suntikan vaksin yang dilakukan pada Anda (Jokowi) hanyalah sampai di kulit (intrakutan) atau di bawah kulit (subkutan). Dan itu berarti vaksin tidak masuk ke darah," tulis Taufiq.
Menanggapi surat terbuka dari Taufiq tersebut, Ketua Satuan Tugas Covid-19 Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI), Zubairi Djoerban, lantas angkat bicara.
Baca Juga: Pemerintah Optimis Vaksin Jadi Pemulih Ekonomi Nasional
Melalui cuitan di Twitter pribadinya, @ProfesorZubairi, dia mengatakan bahwa cara penyuntikkan vaksin Sinovac kepada Presiden Jokowi sudah benar.
"Vaksin yang diterima Pak Jokowi tidak menembus otot karena tidak 90 derajat. Sehingga dianggapnya, vaksin tersebut tidak masuk ke dalam darah dan hanya sampai di kulit (intrakutan) atau di bawah kulit (subkutan). Apakah benar?" tulis Zubairi.
Zubairi lantas menambahkan, bahwa klaim Taufiq tersebut tidak benar. Sebab, menyuntik itu tidak harus selalu dilakukan dengan badan tegak lurus.
Baca Juga: Menag Kirim Surat ke Menkes Minta Jemaah Haji dan Petugas Dapat Prioritas Vaksin Covid-19
"Jawabannya tidak benar. Sebab, menyuntik itu tidak harus selalu tegak lurus dengan cara intramuskular," kata Zubairi.
"Itu pemahaman lama alias usang dan jelas sekali kepustakaannya. Bisa Anda lihat di penelitian berjudul, 'Mitos Injeksi Intramuskular Sudut 90 Derajat'."
Baca Juga: Cerita Pengungsi Gempa Mamuju Setelah Bertemu Presiden Jokowi
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.