Kompas TV nasional peristiwa

Polarisasi Tajam Hingga Timbulkan Permusuhan, SBY: Saya Prihatin Lingkaran Tentara dan Polisi

Kompas.tv - 11 Januari 2021, 06:58 WIB
polarisasi-tajam-hingga-timbulkan-permusuhan-sby-saya-prihatin-lingkaran-tentara-dan-polisi
Ketua Umum Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) (Sumber: Instagram/@sb.yudhoyono)
Penulis : Tito Dirhantoro

JAKARTA, KOMPAS TV - Presiden ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) mengaku khawatir dengan kondisi masyarakat Indonesia belakangan ini, karena kerukunan dan harmoni sosial terasa retak dan jauh dari persaudaraan sebagai bangsa.

Menurut SBY, keretakan ini berawal dari dinamika politik pada Pilkada 2017 di DKI Jakarta. Dari sejak itu, kata SBY, seperti terbangun jarak dan pemisah dalam kehidupan bermasyarakat.
 
"Terbangun polarisasi yang tajam di antara kita, baik karena faktor identitas, politik, maupun ideologi," kata SBY dikutip dar akun Facebook Susilo Bambang Yudhoyono pada Minggu (10/1/2021).

Baca Juga: Terkait Vaksinasi, SBY Ingatkan Jangan Sampai Masyarakat Hilang Kepercayaan Pada Pemerintah

SBY menilai, ada pihak menganggap mereka yang tidak sama identitasnya terkait agama, partai politik dan juga ideologinya akan dianggap sebaga lawan. Bahkan, untuk bicara pun merasa tidak nyaman.

Garis permusuhan ini pun bahkan telah menjangkiti di lingkaran persahabatan yang sudah terbangun lama. Juga termasuk lingkaran keluarga.

"Saya sungguh prihatin jika lingkaran tentara dan polisi yang harusnya jadi contoh persatuan dan persaudaraan kita sebagai bangsa juga tak bebas dari hawa permusuhan ini," ucap SBY.

"Keadaan ini sungguh menyedihkan dan sekaligus membahayakan masa depan bangsa kita."

Baca Juga: SBY: Jangan Berpikir Setelah Vaksin Datang, Ekonomi Meroket

SBY menilai kehidupan demokrasi akan tidak sehat jika polarisasi antar kubu politik sangat tajam. 

Untuk memilih kandidat dan calon-calon pemimpin, baik di pusat maupun daerah, akan sangat dipengaruhi dan ditentukan dengan latar identitas, paham ideologi dan politik yang sama.

Soal pertimbangan utama dalam memilih pemimpin seperti faktor integritas, kapasitas dan kesiapan untuk memimpin, suda dianggap tak lagi penting. 

SBY tak bisa membayangkan masa depan negeri ini jika hal tersebut makin ekstrem terjadi dari tahun ke tahun.

Baca Juga: Ungkapan Natal SBY yang Banyak Menuai Pujian, Begini Isinya

Karena itu, SBY meminta para pemimpin dan semua elemen bangsa menyadari bahwa ada sesuatu yag harus dilaksanakan. 

"Mumpung belum terlalu jauh divisi dan polarisasi sosial serta politik di negeri kita. Pembiaran dan inaction adalah dosa dan kesalahan besar," ucapnya.

Ia pun mengingatkan, jangan ada pihak yang justru menginginkan atau memelihara polarisasi sosial-politik yang tajam ini untuk kepentingan pribadi dan politiknya.

Menurutnya, kalau ada pihak-pihak yang berpikiran dan bertindak seperti itu, mereka bukan hanya tidak bertanggung jawab, tetapi juga tidak bermoral. 

Baca Juga: Terungkap Cerita Rizal Ramli Kerap Dijegal Jusuf Kalla untuk Jadi Menteri di Era SBY dan Jokowi

"Sejarah menunjukkan bahwa bangsa yang sudah benar-benar terbelah dan terpolarisasi secara tajam, sangat tidak mudah untuk menyatukannya kembali," ujarnya.

Lebih lanjut, SBY meminta maaf jika ada pihak-pihak yang tak berkenan dengan apa yang disampaikannya.

Dia mengatakan, pandangan atau oendapat yang disampaikan niatnya baik. Tak ada keinginan untuk menggurui siapa pun.

Baca Juga: Pesan SBY kepada Ketua Umum dan Kader Demokrat Setelah UU Cipta Kerja Disahkan




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x