JAKARTA, KOMPAS.TV- Orang masih kerap bertanya-tanya dan menyimpulkan sendiri perihal kandungan vaksin Sinovac yang menjadi vaksin Covid-19. Bahkan beredar pesan di grup media sosial perihal vaksin Sinovac yang mengatakan di kemasan tertulis hanya untuk uji coba klinis dan berasal dari jaringan kera hijau Afrika (dianggap tidak halal), dan mengandung virus hidup mengandung bahan berbahaya seperti boraks, aluminium, merkuri, formalin, dan sebagainya.
Ahli biologi molekuler, Ahmad Rusdan Utomo, menjelaskan dalan saluran YouTube pribadi. Ia mengatakan vaksin adalah bagian terakhir dari tiga lapis pengendalian pandemi, setelah 3M (mencuci tangan, menjaga jarak, dan memakai masker) serta 3T (testing, tracing, dan treatment).
Baca Juga: Alasan Ratusan Brimob Bersenjata Lengkap Dikerahkan Kawal Distribusi Vaksin Sinovac
Ia menegaskan, tujuan pembuatan vaksin adalah untuk menumbuhkan antibodi yang spesifik mengenali protein spike atau protein lonjakan yang menjadi pintu masuk virus corona melalui ACE2.
“Vaksin Sinovac tidak pakai virus yang dilemahkan, tetapi menggunakan partikel virus utuh yang dimatikan atau dirusak genomnya,” ujar Ahmad, Selasa (5/1/2020).
Terkait kandungan vaksin Sinovac yang dianggap haram, Ahmad mengungkapkan platform vaksin Covid-19 yang dikembangkan Sinovac sebenarnya menggunakan teknologi yang sudah lama dan mapan, yakni menggunakan partikel virus.
Baca Juga: Mengintip Kedatangan Vaksin Sinovac di Yogyakarta
Sinovac memproduksi vaksin dengan cara menumbuhkan virus di sel vero yang berasal dari ginjal monyet. Sel vero adalah garis keturunan sel yang digunakan dalam kultur sel. Galur sel yang berasal dari satu kera, green monkey yang sebenarnya dia tidak hijau.
“Saat virus sudah difiltrasi, tidak ada lagi komponen sel kera, atau mengandung babi, dan sejenisnya, apalagi BPOM tidak mungkin memberikan izin vaksin Sinovac untuk vaksinasi tanpa diuji keamanannya,” kata Ahmad.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.