JAKARTA, KOMPAS.TV - Proyek jalan layang atau flyover yang berbentuk tapal kuda di Lenteng Agung dan Tanjung Barat, digadang berpeluang menjadi ikon baru Kota DKI Jakarta.
“Model tapal kuda ini bisa menjadi ikon, bukan hanya Jakarta tapi Indonesia. Apalagi kalau dilihat dari atas memakai drone,” ujar Kepala Dinas Bina Marga DKI Jakarta Hari Nugroho, seperti dikutip dari Warta Kota, Sabtu (8/8/2020).
Proyek flyover sendiri ditargetkan akan selesai pada akhir tahun 2020 ini.
“Selesai proyeknya tahun ini. Saya jamin Desember 2020 orang sudah bisa memakainya. Jadi saya enggak ada beban lagi, karena ini proyek multi years dari tahun 2019-2020,” lanjut Hari.
Baca Juga: Anita Kolopaking Ajukan Praperadilan Tolak Penahanan
Sebelumnya, proyek flyover Tapal Kuda diprediksi akan molor. Karena APBD DKI Jakarta 2020 terkena refocusing untuk penanganan Covid-19.
Tidak hanya proyek flyover Tapal Kuda, hampir semua proyek di Ibu Kota terpaksa dinolkan untuk penanganan Covid-19.
Namun pada Juli 2020 lalu, DKI mengajukan pinjaman melalui PT SMI (Persero) senilai Rp12,5 triliun untuk program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) akibat wabah Covid-19.
Dana sebanyak itu dialokasikan untuk berbagai program seperti penataan infrastruktur, transportasi, pengendalian banjir, dan sebagainya.
“Dari dana itu (pinjaman pemerintah pusat) kami dapat sekitar Rp850 miliaran,” jelas Hari.
Dana itu kemudian untuk melanjutkan proyek Tapal Kuda Lenteng Agung dan Tanjung Barat. Bahkan digunakan untuk melanjutkan proyek lainnya seperti flyover Cakung, Jakarta Timur, underpass Senen Jakarta Pusat dan sebagainya.
Baca Juga: Prabowo: Aku dari Kecil Ingin Bintang Empat
Pemprov DKI Jakarta Pilih Flyover Dibanding Underpass
Pemerintah Provinsi DKI Jakarta memilih membangun flyover dibandingkan underpass untuk memecah kemacetan di Lenteng Agung dan Tanjung Barat.
Menurut Hari Nugroho, beban kerja pembangunan flyover lebih ringan daripada underpass. Apalagi di lokasi Lenteng Agung dan Tanjung Barat terdapat perlintasan rel kereta Commuterline.
Pembangunan underpass dianggap bisa memicu kemacetan total, karena ruas Jalan Raya Lenteng Agung dipastikan ditutup secara permanen. Sementara pembangunan flyover, kata Hari, hanya menutup sebagian badan jalan saja.
“Kalau kami tutup dan macet total berbulan-bulan, bisa di-bully orang. Jadi kenapa kami pilih FO ketimbang underpass karena sudah melalui kajian matang,” tambahnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.