JAKARTA, KOMPAS.TV - Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, tengah menggodok kebijakan radikal yang mewajibkan peserta bantuan sosial di provinsinya (Jawa Barat) untuk menjadi bagian dari program Keluarga Berencana (KB), terutama KB pria Vasektomi.
Dedi menegaskan langkah ini diperlukan agar bantuan pemerintah tidak terus menumpuk pada satu keluarga yang tak terkendali jumlah anggotanya.
"Jangan sampai kesehatannya dijamin, kelahirannya dijamin, tapi negara menjamin keluarga itu-itu juga. Yang dapat beasiswa, bantuan lahiran, rumah, bantuan non-tunai keluarga dia. Uang negara jadi mikul satu keluarga," tegas Dedi di Bandung, Senin (28/4/2025) mengutip Antara.
"Ketika kami menurunkan bantuan, dicek dulu. Sudah ber-KB atau belum. Kalau belum, KB dulu, harus KB pria (Vasektomi)," tandasnya.
Baca Juga: 323 Petugas Haji Gelombang Pertama Diberangkatkan ke Arab Saudi
Apa itu Vasektomi?
Melansir Mayo Clinic, vasektomi adalah prosedur kontrasepsi permanen bagi pria yang dilakukan dengan memotong dan menyegel vas deferens — saluran yang membawa sperma dari testis ke uretra.
Proses ini mencegah sperma bercampur dengan air mani yang dikeluarkan saat ejakulasi. Penting untuk dicatat bahwa vasektomi tidak memengaruhi kemampuan pria untuk ereksi, orgasme, atau ejakulasi.
Sementara itu, mengutip Johns Hopkins Medicine, vasektomi adalah metode yang sangat efektif, dengan tingkat keberhasilan lebih dari 99 persen dalam mencegah kehamilan. Mereka juga menjelaskan bahwa prosedur ini tidak mengubah hormon pria, gairah seksual, atau ciri-ciri fisik lainnya. Pasca vasektomi, pria biasanya dapat kembali ke aktivitas normal dalam waktu kurang dari seminggu.
Prosedur vasektomi masih banyak disalahpahami di kalangan pria. Banyak yang khawatir vasektomi menyebabkan ketidakmampuan ereksi dan ejakulasi, namun kekhawatiran itu tidak berdasar.
"Masih (bisa ereksi dan ejakulasi). Masih tulen, enggak usah khawatir, joss," ujar Deputi Bidang Advokasi (Adpin) BKKBN Pusat, Sukaryo Teguh Santoso, mengutip Kompas.com beberapa waktu lalu.
Teguh menegaskan bahwa vasektomi bukan sunat. Dalam prosedurnya, vas deferens atau saluran sperma dipotong atau dihambat, namun tidak memengaruhi kemampuan seksual pria. Ia juga menyarankan pasien untuk beristirahat selama sekitar tiga hari pascaoperasi untuk mencegah infeksi.
"Tapi sebaiknya istirahat, bagaimanapun juga habis operasi biar tidak infeksi dan sebagainya," tambahnya.
Minim Sosialisasi, Vasektomi Masih Dipandang Negatif oleh Masyarakat
Vasektomi masih belum menjadi pilihan utama pria dalam berkontrasepsi. Data dari Profil Statistik Kesehatan 2023 yang diterbitkan Badan Pusat Statistik menunjukkan hanya 0,21 persen pasangan usia subur memilih vasektomi, jauh lebih rendah dibandingkan penggunaan kondom yang mencapai 2,44 persen.
Baca Juga: Polisi Ungkap Hasil Autopsi Anak Terbakar di Tangerang, Sebut Tewas karena Benda Tumpul
Teguh menilai pemahaman masyarakat yang minim menjadi salah satu penyebabnya. "Memang karena kurangnya pemahaman, juga tentang fungsi vasektomi.
Banyak juga yang tidak disetujui sama pasangannya," ujarnya. Ia juga menambahkan adanya ketakutan istri bahwa suami bisa berhubungan bebas tanpa risiko kehamilan menjadi alasan lain. "Karena laki-laki sudah bebas (tidak bisa menyebabkan kehamilan) bisa ke mana-mana (berhubungan) enggak hamil, lah istrinya nanti yang mengamuk," kata Teguh.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.