JAKARTA, KOMPAS.TV - Emotional eating adalah kebiasaan makan yang dilakukan untuk meredakan emosi, baik emosi negatif maupun emosi positif. Orang yang melakukan emotional eating biasanya akan makan lebih banyak dari biasanya, bahkan ketika mereka tidak merasa lapar.
Kondisi ini membuat seseorang tidak bisa mengontrol keinginannya untuk makan. Padahal makan berlebihan dapat memicu masalah kesehatan lainnya, seperti obesitas.
Lalu, apa penyebab emotional eating dan bagaimana mencegahnya?
Melansir laman Cleveland Clinic, berikut beberapa penyebab emotional eating yang harus diwaspadai.
Baca Juga: Mengenal Ciri-Ciri Stress Eating dan Cara Mengatasinya
1. Stres
Emotional eating dapat menjadi salah satu mekanisme pertahanan diri dari perasaan tertentu, seperti stres. Beragam kondisi seperti stres, kecewa, atau cemas akan memicu produksi hormon kortisol di dalam tubuh, sehingga muncul dorongan untuk makan makanan yang manis, berlemak, atau asin, sebagai bentuk pertahanan diri.
2. Pola kebiasaan
Pola kebiasaan mengandalkan makanan sebagai pelarian dari emosi negatif juga dapat menjadi penyebab emotional eating. Hal ini terjadi karena otak mulai mengaitkan makanan dengan rasa nyaman atau lega dari tekanan emosional.
Misalnya, jika seseorang terbiasa makan camilan manis setiap kali merasa stres, maka secara tidak sadar kebiasaan tersebut bisa menjadi respons otomatis setiap kali emosi negatif muncul. Lama-kelamaan, tubuh dan pikiran mulai menganggap makanan sebagai solusi utama untuk mengatasi ketidaknyamanan emosional, meskipun rasa lapar fisik sebenarnya tidak ada.
3. Tidak mampu meregulasi emosi
Tidak mampu meregulasi emosi juga bisa memicu emotional eating. Kondisi ini ditandai dengan ketidakmampuan meregulasi emosi, kondisi di mana seseorang kesulitan mengelola, memahami, atau mengekspresikan emosinya dengan cara yang sehat.
Hal ini sering kali menjadi pemicu utama emotional eating, karena individu yang mengalami kesulitan ini cenderung mencari pelarian instan untuk meredakan perasaan tidak nyaman, salah satunya melalui makanan.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.