Kompas TV lifestyle kesehatan

Mengenal Sindrom Kematian Mendadak Akibat Aritmia

Kompas.tv - 3 Oktober 2024, 18:25 WIB
mengenal-sindrom-kematian-mendadak-akibat-aritmia
Sergio Aguero saat mengumumkan gantung sepatu usai menderita penyakit aritmia di jantungnya. (Sumber: Twitter @aguerosergiokun)
Penulis : Switzy Sabandar | Editor : Gading Persada

JAKARTA, KOMPAS.TV- Sindrom kematian mendadak akibat aritmia (Sudden Arrhythmic Death Syndrome/SADS) dapat menyebabkan orang meninggal saat tidur.

Dikutip dari laman resmi Kementerian Kesehatan RI, setidaknya 90 persen pasien yang mengalami sindrom ini tidak mengalami gejala apa pun sebelum mengalami kematian mendadak.

Dikutip dari laman British Hearth Foundation, sindrom kematian mendadak akibat aritmia disebabkan oleh mutasi genetik yang memengaruhi sistem kelistrikan jantung. Hal ini membuat irama jantung tidak normal.

Dalam berbagai kasus, sindrom ini dipengaruhi secara genetik. Jika tidak dicegah, sindrom ini meningkatkan risiko kematian mendadak, bahkan meninggal saat tidur.

Baca Juga: Mengenal LAA Closure, Tindakan Pencegah Risiko Stroke hingga 90% pada Aritmia Atrial Fibrilasi

Long QT syndrome (LQTS) adalah salah satu jenis sindrom kematian mendadak akibat aritmia yang paling umum terjadi. LQTS terjadi karena jantung terlalu lama melakukan repolarisasi atau pengisian ulang untuk detak jantung berikutnya.

Dari hasil studi skrining genetik keluarga yang dilakukan Kementerian Kesehatan RI, hampir 50 persen kasus sindrom kematian mendadak akibat aritmia disebabkan karena long QT syndrome

Meski umumnya sindrom ini menyebabkan kematian mendadak tanpa ada gejala yang muncul. Namun, beberapa orang bisa merasakan gejala seperti pingsan tau kejang, nyeri dada, hingga sesak napas.

Gejala-gejala di atas dapat terjadi selama aktivitas fisik atau stres emosional, bahkan saat tidur sekalipun. Dalam sebuah penelitian yang diunggah National Institutes of Health, bahwa sebanyak 82 persen pasien mengalami sindrom ini saat tidur atau istirahat.

Saat tidur, terjadi peningkatan aktivitas sistem saraf parasimpatis yang dapat memperlambat denyut jantung dan meningkatkan interval QT pada elektrokardiogram (EKG). Interval QT merupakan lamanya waktu yang dibutuhkan jantung untuk melakukan repolarisasi setelah terjadinya proses depolarisasi. 

Pada individu dengan predisposisi genetik, peningkatan interval QT ini dapat meningkatkan risiko aritmia yang mengarah ke SADS. Ada juga beberapa penelitian yang telah menunjukkan adanya hubungan antara gangguan tidur seperti sleep apnea dengan risiko aritmia ventrikel.

Baca Juga: Jantung Berdebar Kencang Disertai Nyeri Dada? Bisa Jadi Aritmia! | Bincang Sehat

Sindrom kematian mendadak akibat aritmia sulit didiagnosis karena kondisinya yang jarang terjadi. Dokter bisa mencurigai kondisi ini ketika pasien mengalami gejala seperti di atas dan memiliki kerabat yang meninggal karena kematian mendadak yang tidak dapat dijelaskan sebelum usia 40 tahun.


 




Sumber : Kementerian Kesehatan, bhf.org.uk




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x