JAKARTA, KOMPAS.TV - Atta Halilintar dikabarkan menderita penyakit hernia, dan menjalani operasi laparoskopi.
Dalam postingan di akun Instagramnya, Atta Halilintar membagikan fotonya yang terbaring di rumah sakit.
"Saya penakut.. nahan sakit ini udah 1 bulan mencoba pura2 tidak papa karena tak berani operasi," tulis Atta Halilintar di caption postingannya beberapa hari lalu.
Baca Juga: Jokowi dan Iriana Sapa Ameena Anak Atta Halilintar di Istana Berbatik
Mengutip data World Health Organization (WHO, 2017), terdapat sekitar 350 per 1000 populasi penderita Hernia dengan gejala yang berbeda-beda.
Hernia disebabkan karena adanya kelemahan otot sehingga menimbulkan tonjolan yang umumnya berada di sekitar perut ataupun selangkangan. Namun terdapat penyebab lainnya seperti gangguan paru obstruktif kronik atau batuk kronis, kerusakan akibat cedera atau pembedahan dan segala sesuatu yang menyebabkan peningkatan tekanan intra abdomen.
Hernia atau yang lebih dikenal dengan turun berok merupakan salah satu gangguan kesehatan yang sering terjadi dan sangat mengganggu aktivitas sehari-hari bagi penderitanya.
Hernia yang menetap dapat menyebabkan jepitan pada isi kantung hernia seperti usus atau lemak usus dan dapat memicu nyeri hebat, kematian jaringan usus sampai kebocoran usus atau sampai dengan kematian.
Dokter spesialis bedah, dr Ika Megatia, B.MedSc SpB FINACS FICS mengatakan, hernia seringkali dianggap penyakit yang biasa terjadi pada laki-laki berumur 50 tahun, namun tetap ada beberapa hal yang harus diwaspadai sebelum terjadi komplikasi lebih lanjut.
"Hindari menunda konsultasi ke dokter untuk mencegah hal diatas terjadi," kata Ika Megatia seperti mengutip Tribunnews, di Jakarta.
Dikatakannya, tanda keadaan darurat pada hernia akibat benjolan menetap baik pada posisi tidur, membesar saat berdiri atau duduk, nyeri kemerahan disertai mual, muntah dan demam.
"Jika pasien telah berada dalam keadaan seperti ini, hindari menunda konsultasi ke dokter untuk mencegah terjadinya komplikasi," kata dokter yang praktek di RS Royal Progress Jakarta Utara ini.
Dikatakannya, di era modern ini, laparoskopi atau tindakan minimal invasif menjadi salah satu solusi pengobatan hernia yang menjadi favorit masyarakat karena luka sayatan yang lebih minim dan nyeri yang lebih ringan dan dapat menempatkan mesh jaringan yang lebih besar.
Baca Juga: Kenapa Perayaan Imlek Identik dengan Warna Merah?
“Metode operasi minimal invasif dapat direkomendasikan bagi pasien yang menginginkan pembedahan minim sayatan. Dengan metode pembedahan minimal invasif, pasien hanya mendapatkan luka operasi kecil berkisar 0,5 – 1,5 cm dengan masa pemulihan lebih cepat serta minim rasa sakit. Jadi setelah operasi hernia dilakukan dan tidak ada keluhan, pasien dapat langsung diizinkan pulang,” kata Ika.
Operasi hernia sendiri bertujuan untuk memperkuat dinding abdomen agar dapat mencegah benjolan hernia tidak kembali menonjol dan umumnya dalam operasi ini tim dokter menggunakan alat yang disebut MESH untuk menutup hernia dan menguatkan dinding abdomen yang lemah.
"MESH ini terbuat dari bahan polimer sintetis yang tidak berbahaya dan dalam pembuatannya telah melewati berbagai tahap uji klinis, sehingga tidak akan menyebabkan reaksi penolakan oleh tubuh," ujarnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.