JAKARTA, KOMPAS.TV- Media sosial TikTok tengah diramaikan dengan tren memakan tahu panas menggunakan bubuk cabai. Dalam tantangan tahu panas yang viral di TikTok ini mengharuskan seseorang memakan tahu yang baru selesai digoreng atau tanpa didinginkan terlebih dahulu.
Tak hanya itu, tahu juga dibalurkan pada bubuk cabai sebelum disantap. Meski terlihat menantang dan seru, memakan makanan panas-panas dapat menyebabkan berbagai resiko dan masalah kesehatan.
Dikutip dari laman UW Medicine, berikut bahaya dan resiko memakan makanan panas-panas.
1. Luka Bakar Pada Lidah dan Rongga Mulut
Menyantap tahu goreng yang baru diangkat dari minyak panas dapat membuat bibir melepuh dan lidah terbakar. Hal tersebut juga dapat memicu sariawan dan rasa tidak nyaman di lidah.
Meski dapat pulih dan sembuh dalam waktu satu minggu, seseorang akan merasa tidak nyaman dengan kondisi tersebut.
Baca Juga: Harga Minyak Goreng Naik, Usaha Tahu Goreng Terancam Tutup
2. Peningkatan Resiko kanker
Mengkonsumsi makanan atau minuman panas-panas dapat meningkatkan resiko kanker esofagus. Mengkonsumsi makanan atau minuman panas-panas berkali-kali dapat menyebabkan cedera termal pada tenggorokan dan kerongkongan.
Hal tersebut dapat menyebabkan peradangan dan pembentukan sel kanker. Penelitian International Journal of Cancer menemukan makanan dan minuman dengan suhu tinggi berhubungan positif dengan kejadian karsinoma sel skuamosa esofagus di China Barat Laut.
Menurut World Cancer Research Fund International, kebiasaan mengonsumsi makanan atau minuman yang sangat panas dapat menyebabkan iritasi kronis pada esofagus. Kemudian, berujung pada kanker esofagus.
3. Kerusakan Gigi
Dikutip dari laman Babylon Dental Care, panas dari makanan dan minuman dapat melemahkan enamel gigi. Enamel gigi merupakan lapisan pelindung luar gigi.
Saat enamel gigi rusak, maka gigi menjadi lebih rentan terhadap lubang dan pembusukan.
Selain bahaya memakan tahu panas-panas, penggunaan bubuk cabai yang dalam tren TkTok ini juga cukup beresiko. Dikutip dari laman Medical News Today, kapsaisin senyawa kimia dalam cabai yang menghasilkan "rasa panas” saat makan makanan pedas.
Saat makan cabai, kapsaisin mengikat kelas reseptor rasa sakit yang disebut TRPV1 yang ditemukan di mulut, di permukaan lidah, dan di seluruh saluran pencernaan. Walaupun kapsaisin tidak benar-benar membuat terbakar, tetapi ini menipu otak untuk berpikir bahwa telah terjadi perubahan suhu, yang mengakibatkan sensasi panas dan nyeri.
Baca Juga: Tahu Goreng Ini Tak Boleh Masuk Lapas di Malang, Setelah Dicek Ternyata Isinya Ganja
Tubuh juga akan berusaha membuang kapsaisin dengan meningkatkan produksi lendir, air mata, dan air liur, yang mengakibatkan hidung meler, mata berair, dan bahkan peningkatan air liur. Saat bahan pengiritasi berpindah dari mulut ke tenggorokan dan menyebar ke sepanjang saluran pencernaan, hal ini dapat menyebabkan reaksi seperti rasa terbakar di dada, iritasi pada saraf frenikus hingga pembengkakan tenggorokan.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.