JAKARTA, KOMPAS.TV - Stockholm Syndrome, atau Sindrom Stockholm, adalah gangguan psikologis yang dialami oleh korban penyanderaan, di mana mereka merasa simpati atau bahkan menyayangi pelaku.
Fenomena ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang kriminolog dan psikiater bernama Nils Bejerot, berdasar pada kasus perampokan bank yang terjadi pada tahun 1973 di Stockholm, Swedia.
Dalam kasus tersebut, para sandera membentuk ikatan emosional dengan para pelaku meski telah disekap selama 6 hari.
Sandera bahkan menolak bersaksi di pengadilan dan justru mengumpulkan dana bantuan hukum untuk membela pelaku.
Baca Juga: Daftar Lengkap 20 Tanda Psikopat, Apa Saja?
Faktor Penyebab
Mengutip Cleveland Clinic, ada beberapa faktor yang mendasari munculnya Stockholm Syndrome, di antaranya:
Baca Juga: Kata Psikolog Forensik Usai Datangi TKP Ibu-Anak Tewas di Cinere Depok
Gejala
Gejala Stockholm Syndrome meliputi:
Baca Juga: Apa Itu Healing? Ini Cara Melakukannya Menurut Psikolog untuk Sembuhkan Luka Batin
Penanganan
Melansir Cleveland Clinic, tidak ada pengobatan khusus bagi penderita Stockholm Syndrome. Namun, psikiater akan menggunakan beberapa metode yang biasa digunakan untuk mengatasi situasi traumatis, seperti peresepan obat antiansietas untuk mengatasi kecemasan yang dialami.
Selain itu, psikoterapi juga akan dilakukan untuk menangani Stockholm Syndrome. Dalam psikoterapi, penderita akan diajarkan untuk mengatasi pengalaman traumatiknya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.