Oleh Abie Besman
Jurnalis Senior Kompas TV – Peneliti dan Pengajar Jurnalistik Universitas Padjadjaran
Sebagai panggung utama dalam proses demokrasi, kampanye politik menjadi arena di mana para calon bersaing untuk mengomunikasikan visi dan misi mereka kepada masyarakat. Sayangnya, dalam usaha untuk menarik perhatian publik, sering kali calon politik memilih menggunakan metode komunikasi jadul, seperti baliho, yang tidak hanya berdampak negatif pada lingkungan, tetapi juga menimbulkan risiko serius terhadap keselamatan pengguna jalan, termasuk pengendara kendaraan dan pejalan kaki.
Penggunaan bahan-bahan tertentu pada baliho politik juga memiliki dampak yang mendalam terhadap ekosistem dan keseimbangan lingkungan. Pilihan bahan seperti vinyl dan plastik tidak hanya merugikan secara visual tetapi juga menyebabkan konsekuensi serius terhadap keberlanjutan lingkungan.
Bahan plastik yang umumnya digunakan dalam pembuatan baliho sulit terurai, menciptakan risiko pencemaran lingkungan jangka panjang. Proses dekomposisi yang lambat atau bahkan tidak ada pada beberapa bahan tersebut dapat menyebabkan akumulasi sampah plastik yang tidak ramah lingkungan. Peningkatan jumlah sampah plastik ini memberikan kontribusi yang signifikan pada masalah global limbah plastik, memperburuk kerentanan ekosistem terhadap dampak lingkungan yang merugikan.
Baca Juga: Mengenal Figur di Balik Jaket Denim Presiden - OPINI
Selain itu, bahan-bahan sulit terurai ini dapat menciptakan risiko pencemaran tanah dan air. Molekul-molekul mikroplastik yang dilepaskan selama dekomposisi dapat meresap ke dalam tanah, merugikan organisme tanah dan sistem ekologi yang kompleks. Ketika mencapai perairan, mikroplastik juga dapat menyebabkan pencemaran air, memengaruhi kehidupan akuatik dan menyebabkan dampak berantai pada rantai makanan.
Dampak negatif ini menciptakan tekanan serius terhadap keseimbangan lingkungan. Kehadiran bahan-bahan sulit terurai dalam baliho politik mengancam keberlanjutan ekosistem dan mengintensifkan tantangan lingkungan yang sudah ada.
Oleh karena itu, pemahaman mendalam tentang risiko pencemaran jangka panjang akibat bahan-bahan tertentu perlu mendorong perubahan dalam praktik pembuatan baliho politik menuju alternatif yang lebih ramah lingkungan. Hal ini juga dapat menjadi dasar bagi regulasi yang lebih ketat terkait bahan yang dapat digunakan dalam pembuatan baliho politik demi melindungi ekosistem dan keseimbangan lingkungan secara keseluruhan.
Baliho politik yang berukuran besar dengan desain mencolok juga dapat menciptakan polusi visual di lingkungan sekitarnya. Jumlah dan desain baliho yang berlebihan dapat merusak keindahan visual kota atau wilayah tertentu, meskipun hanya dalam rentang waktu tertentu. Pentingnya menyadari dampak ini terletak pada fakta bahwa polusi visual, bahkan jika hanya bersifat sementara, dapat mengganggu keharmonisan lingkungan. Meskipun baliho mungkin hanya dipasang untuk periode kampanye politik, dampak negatifnya terhadap estetika dan keindahan lingkungan bisa terasa dalam waktu yang relatif singkat.
Penggunaan metode komunikasi jadul melalui baliho politik tidak hanya menimbulkan permasalahan visual tetapi juga memiliki potensi untuk mengancam keselamatan para pengguna jalan.
Pemasangan baliho secara sembarangan, terutama di sekitar persimpangan atau jalan raya, dapat menghambat kemampuan pengemudi untuk melihat dengan jelas. Hal ini dapat meningkatkan risiko kecelakaan lalu lintas, karena pengemudi mungkin mengalami kesulitan melihat arus lalu lintas yang datang atau petunjuk arah jalan.
Dalam keadaan yang lebih serius, instalasi baliho yang tidak tepat dapat mengakibatkan cedera atau bahkan kematian bagi para pengguna jalan dan pejalan kaki.
Pentingnya memilih metode kampanye yang aman dan bertanggung jawab terungkap dalam serangkaian kejadian tragis yang terjadi akibat kecelakaan yang melibatkan baliho.
Pada 26 Desember 2023, baliho salah seorang caleg jatuh dan menimpa pengendara sepeda motor di Kembangan, Jakarta Barat. Seiring waktu, insiden serupa terulang pada 30 Desember 2023, ketika baliho caleg kembali jatuh dan menyebabkan kecelakaan di Tambora, Jakarta Barat. Kasus ini berakhir damai setelah pengurus partai bersangkutan bertanggung jawab kepada korban.
Kejadian yang paling baru terjadi pada 16 Januari 2024, di mana baliho kampanye capres dan caleg jatuh tertiup angin dan mengenai pengendara sepeda motor seorang siswi SMA di Kebumen, Jawa Tengah. Dari kejadian ini, satu korban meninggal dunia di lokasi dan korban lainnya mengalami luka ringan.
Serangkaian insiden ini menjadi bukti bahwa penggunaan baliho sebagai sarana kampanye politik dapat berdampak buruk, bahkan fatal, bagi keselamatan masyarakat.
Para calon seharusnya dapat beralih ke strategi kampanye yang lebih ramah lingkungan dan aman. Penggunaan media digital dan sosial, seperti iklan online dan platform media sosial, dapat menjadi alternatif yang lebih berkelanjutan dan efisien tanpa menciptakan polusi visual yang merugikan. Selain itu, partisipasi dalam debat publik, forum, dan pertemuan komunitas dapat membantu calon untuk lebih langsung berinteraksi dengan pemilih tanpa mengorbankan lingkungan dan keselamatan.
Regulasi yang ketat dalam penggunaan baliho politik merupakan hal yang sangat penting dalam konteks kampanye politik. Tanpa pengawasan yang memadai, calon-calon cenderung menggunakan strategi kampanye yang tidak hanya merugikan lingkungan, tetapi juga mengancam keselamatan pengguna jalan. Oleh karena itu, penerapan regulasi yang ketat dapat menjadi solusi efektif untuk menciptakan standar yang jelas terkait lokasi pemasangan, jumlah baliho, dan jenis bahan yang dapat digunakan.
Menurut ketentuan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Nomor 75 Tahun 2019, produsen memiliki kewajiban untuk mengurangi produksi sampah, termasuk yang berasal dari bahan plastik. Berdasarkan informasi yang diperoleh dari Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), pada tahun 2022, Indonesia memegang peringkat sebagai negara dengan tingkat produksi limbah plastik tertinggi di dunia, mencapai 18% dari total sampah sebesar 69,2 juta ton. Fakta ini seharusnya menjadi dasar untuk mendorong kebijakan yang lebih ketat terkait penggunaan bahan ramah lingkungan dan penataan baliho.
Baca Juga: Busana sebagai Medium Komunikasi Politik
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.