Oleh: Trias Kuncahyono
KOMPAS.TV - Ketika kami–184 duta besar dari berbagai negara yang terakreditisasi di Takhta Suci– berjalan dari Hall of Benedict, Vatikan menuju Kapel Sistina sekitar 20 meter jaraknya, seperti para kardinal yang akan mengikuti konklaf. Konklaf adalah sidang rahasia untuk memilih seorang paus baru.
Sejak berabad-abad konklaf dilaksanakan di Kapel Sistina. Berurutan satu per satu, kami masuk ke kapel paling indah di dunia itu.
Baca Juga: Berpolitik Itu Tidak Dosa
Kata Mario Escobar penulis buku Francis, Man of Prayer (2013), konklaf adalah salah satu di antara pertemuan paling rahasia di seluruh dunia. Inilah pemilihan seorang pemimpin lewat prosedur yang benar-benar bebas, rahasia, jujur, dan adil. Tidak sekadar sebuah jargon politik belaka.
Sebab, pemilihan paus bukanlah hajatan politik. Maka tidak ada pula politik uang sebagaimana hajatan politik pada umumnya.
Politik uang adalah praktik pembelian suara pemilih oleh peserta pemilu, maupun oleh tim sukses, baik yang resmi maupun tidak. Biasanya politik uang terjadi sebelum pemungutan suara dilakukan.
Dengan politik uang, pemilih kehilangan otonominya untuk memilih kandidat pejabat publik melalui pertimbangan rasional, seperti rekam jejak, kinerja, program maupun janji kampanye karena memilih kandidat hanya karena pemberian uang belaka.
Sebaliknya, tidak demikian dengan konklaf. Dalam konklaf yang dipilih adalah seorang Paus. Meskipun Paus adalah Kepala Negara Kota Vatikan dan Kepala Pemerintahan Takhta Suci.
Tetapi Annuario Pontificio, direktori resmi Tahta Suci, menggambarkan jabatan Paus sebagai Uskup Roma, Wakil Yesus Kristus, Penerus Pangeran Para Rasul, Kepala Tertinggi Gereja Universal, Patriarkh Gereja Barat, Primat Italia, Uskup Agung Metropolitan Provinsi Roma, Penguasa Negara Kota Vatikan, Hamba dari Para Hamba Tuhan.
Karena itu, konklaf selalu menarik masyarakat dan media massa dunia dari masa ke masa. Konklaf bisa dikatakan selalu memberikan kejutan. Salah seorang kardinal yang masuk ke Kapel Sistina akan keluar sebagai Paus. Lainnya, masuk sebagai kardinal, keluar tetap sebagai kardinal.
Kata konklaf dipungut dari bahasa Latin, cum clavis yang secara harfiah berarti “dengan kunci” atau “terkunci.” Maka konklaf oleh Merriam-Webster diartikan sebagai “sebuah pertemuan khusus atau sebuah sidang; “teristimewa”; sebuah pertemuan para kardinal Katolik Roma yang diisolasi secara terus menerus selama memilih seorang Paus.”
Pendek kata, konklaf adalah pertemuan para kardinal di dalam suatu ruangan yang dikunci untuk memilih seorang Paus baru. Cara seperti ini dilakukan setelah Konsili Lyon Kedua 1274. Jadi para kardinal selama konklaf terputus dari dunia luar, termasuk tidak membawa alat komunikasi dalam bentuk apa pun.
Saat konklaf, kata pastor Thomas J. Reese dari National Catholic Reporter, baik telepon, televisi, Internet, e-mail, juga telpon genggam tidak bisa digunakan. Tapi, kemarin waktu kami ke sana, semua bisa.
***
Baca Juga: Acta Est Fabula
Sudah lama, mendengar ceritanya. Membaca ceritanyapun, sudah. Melihat fotonya, juga sudah. Tapi, baru pada tanggal 8 Januari 2024, menapakkan kaki secara langsung, masuk ke dalamnya, dan melihat fresko-fresko yang begitu indah di semua dindingnya serta langit-langit.
Hari itu, setelah mengikuti pidato awal tahun 2024, Paus Fransiskus di Hall of Benedict, Vatikan, kami diajak ke Kapel Sistina. Di kapel yang begitu terkenal karena fresko-freskonya di semua dinding dan langit-langitnya itu, kami berfoto bersama Paus.
Kapel ini dibangun selama delapan tahun, 1473 – 1481, diarsiteki Giovanni dei Dolci. Dan, dipersembahkan kepada Paus Sixtus IV (dari Sixtus nama Sistina diambil) sebagai pemrakarsa pembangunan kapel.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.