Oleh: Marsaa Salsabila Syawal
JAKARTA, KOMPAS.TV - Secara umum, media sosial merupakan platform untuk berkomunikasi dengan teman, keluarga, atau bahkan kolega. Namun, tak sedikit yang menjadikannya sebagai platform komunikasi antara artis dan para penggemarnya.
Sebelumnya, penggemar hanya bisa mengetahui berita dan informasi tentang artis yang mereka sukai melalui media massa seperti koran, majalah, televisi, dan radio. Seiring perkembangan zaman, penggemar dimudahkan dengan adanya media sosial yang menawarkan komunikasi yang lebih terbuka dan langsung.
Para artis juga dapat membagikan tentang diri mereka secara terbuka di media sosial. Hal inilah yang menyebabkan penggemar merasa terhubung bahkan dari platform yang dimediasi (Kim et al., 2019).
Dan perasaan terhubung yang tinggi dapat berpengaruh secara positif terhadap pembentukan hubungan parasosial.
Hubungan parasosial yang digagasi oleh Horton & Wohl (1956) merujuk pada angan-angan ramah atau hubungan intim yang penggemar bentuk dengan selebritis.
Tukachinsky & Stever (2018) mengatakan bahwa hubungan parasosial adalah ikatan sosio-emosional yang orang kembangkan dengan figur media seperti selebritis dan karakter fiksi. Hubungan ini terbatas pada pengguna media yang mengikuti pelaku media favorit mereka dengan melihat konten mereka.
Dalam kata lain, hubungan ini dianggap parasosial karena penggemar cenderung tahu tentang aktivitas, anekdot, dan bahkan sikap dari selebritis favorit mereka, sedangkan selebritis hampir tidak tahu apa-apa tentang penggemar mereka.
Media sosial dapat membantu menjaga dan mengembangkan hubungan parasosial, karena kebanyakan artis memiliki social presence di media sosial mereka (Kim & Song, 2016).
Social presence khususnya pada media sosial mereka, membantu membuat kesan kehadiran sosial dan kemiripan dengan manusia karena hal ini memungkinkan mereka untuk menampilkan sisi pribadi mereka di luar - atau di balik layar - profesi mereka (Kim, 2022).
Artis biasanya menggunakan media sosial mereka untuk mengekspresikan perasaan mereka dan juga membagikan rutinitas harian mereka.
Penelitian dari Click et al. (2013) menyimpulkan, media sosial memberi artis “aura yang nyata” dan menciptakan keintiman dengan menunjukkan identitas yang lebih mirip dan mendorong interaksi yang lebih autentik dengan komunikasi yang diarahkan oleh penggemar, sehingga mengubah hubungan antara penggemar dan artis di ruang online (Wert, 2021).
Berbeda dengan lingkungan media tradisional, sifat interaktif dan budaya partisipatif media sosial meningkatkan interaksi parasosial yang mungkin mengaburkan definisi tradisional dari interaksi parasosial sebagai hubungan satu-arah, imajinasi dengan tokoh media.
Salah satu media sosial yang dapat digunakan para artis untuk berkomunikasi dengan penggemar dan khalayak umum adalah Instagram. Instagram digunakan untuk membangun rasa terhubung melalui penggunaan feed dan story Instagram, serta pengungkapan diri melalui konten-konten spesifik yang diunggah oleh artis (Wert, 2021).
Para artis yang memang sengaja menggunakan Instagram untuk membangun dan menjaga hubungan parasosial mereka dengan penggemar, melihat Instagram sebagai kesempatan untuk terhubung dengan penggemar dan membangun komunitas, daripada hanya sekadar pekerjaan saja.
Media sosial lainnya yang dapat menghubungkan artis dan penggemarnya adalah Twitter. Penelitian Stever & Lawson (2013) menyatakan, Twitter tampak menjadi forum baru untuk interaksi parasosial di mana penggemar, secara individu maupun grup, dapat mengenal artis yang mereka ikuti lebih baik.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.