Sebagai pekerja media, saya sudah menjalani dua kali vaksinasi Covid-19, pada tanggal 26 Februari 2021 dan 17 Maret 2021.
Hampir tidak ada gejala berarti yang saya rasakan. Setelah menjalani vaksinasi, kemudian akan mendapatkan sertifikat vaksinasi Covid-19 dosis pertama.
Empat hari kemudian, saya menjalani vaksinasi dosis kedua di tempat yang sama. Prosesnya lebih cepat, karena semua data diri sudah tercatat. Rasa deg-degan pun hilang.
Biasanya, orang yang mengalami vaksin pertama, tekanan darahnya tinggi, termasuk saya.
Dua kali vaksin bukan berarti badan kebal terhadap Covid-19. Disiplin protokol kesehatan tetap diperlukan.
Beberapa teman saya yang sudah dua kali vaksin, masih bisa terpapar Covid-19 ketika kita lengah dan merasa diri sudah kebal.
Namun, teman saya yang sudah menjalani dua kali vaksin, sembuhnya relatif lebih cepat.
Kini, yang menjadi pertanyaan adalah apakah setelah menjalani vaksin pertama dan kedua, antibodi sudah terbentuk?
Itu yang sering menjadi pertanyaan, apakah perlu tes antibodi setelah vaksin pertama dan kedua. Sejumlah ahli kedokteran menyebut tidak dianjurkan, tapi juga tidak dilarang.
Mengutip tulisan Bachti Alisyahbana dari Fakultas Kedokteran Unpad, berjudul kadar antibodi pascavaksinasi di Harian Kompas, 20 April 2021.
Bachti menyebut pemeriksaan antibodi pascavaksinasi penting dan harus dipertimbangkan oleh pemerintah dan para ahli ilmu kesehatan.
Penting secara individu untuk meyakinkan bahwa kita sudah terproteksi dan penting untuk komunitas agar kita bisa memantau dan mengefisienkan program vaksinasi.
Bachti juga menyebut, belum tahu persis berada ambang batas kadar antibodi untuk mencegah kejadian sakit.
Saya sendiri ingin tahu apakah antibodi saya sudah terbentuk. Saya secara mandiri melakukan tes untuk antibodi.
Saya melakukan cek antibodi pada 14 April 2021 atau 29 hari setelah vaksin kedua. Saya pergi ke laboratorium langganan saya dan meminta agar dicek antibodi saya terhadap Covid-19.
Saya membayar Rp250.000,- untuk pengetesan tersebut. Tes yang saya lakukan bukan rapid test antibodi,untuk mengetahui positif atau negatif, atau reaktif atau non reaktif.
Tapi saya memilih pengecekan yang kuantitatif. Hasilnya, test antibodi saya positif 26,6. Kemudian dalam nilai rujukan tertulis, antibodi positif bila lebih besar atau sama dengan 0,80 u/ml.
Sedangkan nilai batas konsentrasi untuk plasma convalescent lebih besar atau sama dengan 132 u/ml. Apakah angka 26,6 besar atau kecil, biarlah urusan tenaga medis yang menafsirkannya.
Namun yang pasti, dari hasil cek antibodi, minimal saya mengetahui antibodi saya sudah terbentuk, bukan berarti harus jumawa atau merasa kebal.
Disiplin protokol kesehatan, bermasker, dan sejauh mungkin mengurangi mobilitas di kerumunan tetap saya jalani.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.