Oleh: Mustakim
Berbagai peretasan akun media sosial terjadi. Korbannya beragam, mulai dari aktivis hingga jurnalis dari lembaga hingga media massa.
Awalnya Pandu Riono. Akun Twitter epidemiolog asal Universitas Indonesia (UI) ini diretas. Muncul postingan ‘aneh-aneh’ di akun media sosial pakar kesehatan masyarakat yang kritis terhadap penanganan Covid-19 ini.
Kuat dugaan, peretasan ini terkait cuitan Pandu perihal obat Covid-19 temuan Universitas Airlangga, BIN dan TNI AD. Pasalnya, sebelum akunnya dibajak, Pandu menulis cuitan yang mengkritik klaim temuan obat Covid-19 tersebut.
Baca Juga: Hacker China Ternyata Berusaha Retas Jaringan Komputer Vatikan
Kasus serupa juga dialami sejumlah media. Laman berita nasional pada Tempo.co diretas. Tirto.id juga mengalami hal yang sama.
Sejumlah berita di portal ini tiba-tiba tak bisa diakses. Bahkan ada beberapa artikel yang diubah tanpa sepengetahuan dan seizin redaksi.
Sebelum peretasan terjadi, Koran Tempo dan Tempo.co rajin menulis dan mengkritik soal penggunaan influencer untuk kampanye Omnibus Law. Sementara, sebagian artikel yang diretas pada laman Tirto.id adalah pemberitaan mengenai obat Covid-19 temuan Unair, BIN dan TNI.
Center for Indonesia's Strategic Development Initiatives (CISDI) juga mengalami hal yang sama. Situs lembaga yang concern pada isu pelayanan kesehatan di Indonesia ini dibajak sehingga banyak dokumen yang diterbitkan hilang. Sebelumnya, lembaga ini aktif mengkritis penanganan Covid-19 di Tanah Air.
Baca Juga: 1.300 Akun Lembaga Pemerintah Di-Hack, Pelaku Minta Uang Tebusan Jutaan Rupiah
Bak Cendawan di Musim Hujan
Kasus yang menimpa Pandu, Tempo.co, Tirto.id, dan CISDI bukan yang pertama. Sebelumnya, serangan digital juga marak terjadi. Korbannya beragam. Tak hanya media massa dan lembaga, akun media sosial milik aktivis yang kritis juga dibajak.
Ravio Patra misalnya. WhatsApp aktivis yang secara terbuka mengkritik kekurangan transparansi data tentang pasien Covid-19 ini diretas. Akun media sosial Ketua Aliansi Jurnalis Independen Kota Bandar Lampung, Hendry Sihaloho, juga sempat diretas.
Hal itu terjadi saat ia mendampingi panitia diskusi Unit Kegiatan Mahasiswa Teknokra Universitas Lampung atau Unila yang mendapatkan teror karena hendak menggelar diskusi soal Papua.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.