JAKARTA, KOMPASTV - Ketua Satgas IDI Penanganan covid-19 Zubairi Djoerban menanggapi surat edaran Kementrian Kesehatan tentang bilik disinfektan. Zubairi tidak melarang melainkan meminta agar bilik yang sudah ada diganti sistemnya.
Zubairi menyebut keberadaan bilik dengan cairan disinfektan memang disebut WHO tidak efektif dan berbahaya karena mengandung alkohol.
Zubairi memberikan contoh negara Vietnam yang juga menggunakan bilik-bilik untuk mengantisipasi penyebaran covid-19. Berdasarkan data, Zubairi menyebut bilik ini cukup efektif di Vietnam karena melihat angka kematian dan korban yang kecil.
“dapat disimpulkan bahwa biliknya sendiri tidak masalah tetapi cairan yang disemprotkan itu berbahaya bisa tidak, bisa bermanfaat bisa tidak diri kita harus yakin kalau mau harus yang aman kemudian yang bermanfaat” Ujar Zubairi
Zubairi memaparkan di Vietnam cairan disinfektan digunakan pada rumah dan juga perkantoran. sementara bilik yang digunakan tidak semua menggunakan alkohol. Ada bilik kering dengan menggunakan metode suhu dan adapula bilik basah dengan metode air yang di eletrolisis.
Sehingga menurutnya penggunaan bilik tidak sepenuhnya tidak efektif. Zubairi justru mendorong institusi-institusi ilmiah untuk mempelajari dan mengaplikasikan beberapa metode ini untuk mengantisipasi penyebaran covid-19.
“efektif atau tidak selama aman dan efektif maka kita bisa membuat kan yang baik dan benar serta bermanfaat dengan pandemi kita harus mengerjakan sesuatu dengan serius kemudian harus cepat. artinya kalau yang mau membuat penelitian tentang bilik ini harus cepat lanjut atau stop” Tambahnya
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.