JAKARTA, KOMPAS.TV - Pekan lalu, kawasan wisata Baisaran di Pahalgam, Kashmir, diguncang serangan bersenjata yang menewaskan 26 wisatawan, termasuk 25 warga negara India dan seorang warga negara asing.
Insiden tersebut terekam secara tak sengaja oleh seorang pengunjung yang tengah menaiki zipline.
Kelompok yang menamakan diri Kashmir Resistance mengeklaim bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Pemerintah India menuding militan dukungan Pakistan sebagai pelaku, sementara Islamabad membantah keras keterlibatan mereka.
Insiden berdarah ini kembali membuka luka lama konflik Kashmir—sebuah perseteruan yang telah berlangsung lebih dari tujuh dekade dan belum menunjukkan tanda-tanda perdamaian.
Akar konflik Kashmir bermula pada tahun 1947, saat subbenua India dipecah Inggris menjadi India yang berpenduduk mayoritas Hindu dan Pakistan yang berpenduduk mayoritas muslim.
Dilansir Al Jazeera, kedua negara kemudian berperang untuk memperebutkan kontrol atas Kashmir pada Oktober 1947.
Wilayah Jammu dan Kashmir yang berpenduduk mayoritas muslim saat itu dipimpin raja Hindu bernama Maharaja Hari Singh.
Singh memutuskan bergabung dengan India karena dijanjikan Kashmir akan tetap menjadi wilayah otonom dengan konstitusi, bendera, dan hukumnya sendiri.
Di bawah dokumen hukum bernama Instrumen Aksesi atau Instrument of Accession, India akan memegang urusan pertahanan, luar negeri, dan komunikasi.
Status istimewa ini termaktub dalam Pasal 370 Konstitusi India. Namun, pasal ini dihapus pemerintahan Narendra Modi pada 2019.
Baca Juga: Konflik Kashmir: Tentara India Gusur Rumah Keluarga Pemberontak Tanpa Perintah Pengadilan
Perang India-Pakistan pertama berakhir pada 1949 dengan campur tangan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan pembentukan Garis Kendali (Line of Control/LoC) yang membagi wilayah Kashmir.
Konflik bersenjata antara India dan Pakistan terus berlanjut dalam beberapa dekade setelahnya.
Dilansir dari Encyclopedia Britannica, setidaknya ada tiga perang besar yang dipicu oleh sengketa Kashmir:
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Associated Press/The Guardian/Al Jazeera
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.