SEOUL, KOMPAS.TV - Polisi Korea Selatan menangkap seorang pria berusia 56 tahun yang diduga sebagai penyebab kebakaran hutan yang menewaskan 30 orang.
Saat kebakaran terjadi, pria itu dilaporkan tengah melakukan ritual di pemakaman keluarganya di sebuah bukit di Uiseong, Gyeongsang Utara.
Namun pria tersebut tak ditahan, dan akan diperiksa saat penyelidikan di lokasi kejadian selesai. Pria itu menegaskan dirinya tidak bersalah.
Dilansir BBC, Minggu (30/3/2025), penyelidik dilaporkan berbicara dengan putri terduga pelaku yang mengatakan kebakaran bermula ketika ayahnya mencoba membakar dahan pohon yang tergantung di atas kuburan dengan korek api.
Baca Juga: Media Asing Soroti Teror Kepala Babi ke Kantor Tempo: Era Baru Intimidasi ke Jurnalis Indonesia
Menurut Badan Kehutanan Korea, api membakar area seluas lebih dari 48.000 hektare, setara dengan sekitar 80 persen luas wilayah Ibu Kota Seoul.
Api juga membakar sekitar 4.000 bangunan, termasuk rumah, pabrik, dan sejumlah situs bersejarah nasional.
Kuil Goun, yang merupakan Situs Peninggalan Dunia UNESCO, merupakan salah satu kuil yang hancur karena kebakaran.
Kuil itu dibangun pada tahun 618, dan merupakan salah satu yang terbesar di Gyeongsang Utara.
Kebanyakan korban tewas adalah orang tua yang berusia berkisar antara 60 dan 70 tahun.
Pada Minggu, para pejabat mengatakan kebakaran utama sudah berhasil dikendalikan sepenuhnya.
Meski begitu, pihak otoritas mengatakan api yang lebih kecil menyala lagi.
Baca Juga: 94 Persen Kebakaran Hutan Korea Selatan telah Dipadamkan, 48.000 Hektare Ludes
Gegara angin kencang dan cuaca yang kering, api pun menyebar ke sejumlah kota dan wilayah.
Penyelidikan untuk mengungkap penyebab kebakaran yang melibatkan polisi, petugas pemadam kebakaran, dan pengelola hutan, akan dilakukan pekan depan.
Penjabat Presiden Korea Selatan Han Duck-soo mengatakan pemerintah akan memberikan dukungan finansial kepada mereka yang mengungsi akibat kebakaran.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.