WASHINGTON, KOMPAS.TV – Washington geger gara-gara informasi rencana perang Amerika Serikat (AS) menyerang Houthi di Yaman, bocor.
Gara-garanya, seorang jurnalis – Pemimpin Redaksi Majalah The Atlantic Jeffrey Goldberg – tak sengaja diundang bergabung dalam grup chat aplikasi pesan Signal yang berisi para petinggi dewan keamanan nasional AS.
Presiden AS Donald Trump pun merespons insiden itu.
Melansir Associated Press, Selasa (25/3/2025), juru bicara Gedung Putih, Karoline Leavitt menyatakan, pada Senin (24/3) malam waktu setempat, Trump masih “sangat percaya” pada Penasihat Keamanan Nasional AS Michael Waltz dan tim keamanan nasional AS.
Sebelumnya, saat dikonfirmasi oleh para jurnalis terkait kebocoran rencana perang AS itu, Trump menyatakan, “Saya tidak tahu apa-apa tentang itu. Andalah yang memberi tahu saya pertama kali.”
Baca Juga: Trump Makin Kontroversial, Cabut Status Legal 530.000 Migran Kuba, Haiti, Nikaragua dan Venezuela
Trump bahkan menghina majalah The Atlantic yang menurunkan laporan Goldberg mengenai insiden bocornya rencana serangan AS terhadap sejumlah sasaran Houthi di Yaman itu. “The Atlantic bukan majalah yang bagus,” imbuhnya.
Menjelang sore, Trump menanggapi insiden bocornya informasi sensitif itu dengan bercanda.
Ia mempertegas unggahan media social dari Elon Musk yang menyoroti artikel situs berita satir konservatif dengan judul yang tajam: “Catur 4D: Trump yang Jenius Membocorkan Rencana Perang ke The Atlantic yang Tak Dibaca Siapa-Siapa.”
Terpisah, Menteri Pertahanan, Pete Hegseth merespons bocornya rencana perang AS itu dengan menyebut Goldberg sebagai penipu dan jurnalis yang buruk.
Namun, ia tidak menjelaskan mengapa aplikasi pesan Signal digunakan untuk mendiskusikan operasi sensitif atau bagaimana Goldberg bisa berakhir bergabung dalam grup chat itu.
Baca Juga: Pete Hegseth Resmi Jadi Menteri Pertahanan AS: Kontroversi Mabuk, Pelecehan, hingga Penolakan Tajam!
Hegseth juga membantah insiden itu.
“Tak ada yang mengirim rencana perang dan hanya itu yang bisa saya katakan,” kata Hegseth usai mendarat di Hawaii pada Senin (24/3) dalam perjalanan pertamanya ke Indo Pasifik sebagai Menteri Pertahanan AS.
Para pejabat AS telah menggunakan aplikasi pesan Signal untuk korespondensi organisasi, tetapi tidak dirahasiakan dan dapat diretas.
Pakar teknologi menyatakan, aplikasi pesan terenkripsi ini lebih aman ketimbang pesan teks konvensional.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.