GAZA, KOMPAS.TV - Pemimpin Eropa memilih mendukung rencana negara-negara Arab untuk pembangunan Gaza dan menghindari pemindahan warga Palestina dari wilayahnya.
Rencana yang akan menghabiskan dana USD53 miliar atau setara Rp863 triliun itu diajukan oleh Mesir dan didukung pemimpin Arab.
Namun, rencana itu ditentang oleh Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan Presiden AS Donald Trump, yang sudah memiliki visi tersendiri untuk mengubah Gaza menjadi “Riviera” di Timur Tengah.
Baca Juga: AS Hentikan Berbagi Citra Satelit, Serangan Rusia ke Ukraina Tewaskan 20 Orang
Dikutip dari BBC Internasional, pada Sabtu (8/3/2025), Menteri Luar Negeri Prancis, Jerman, Italia dan Inggris menyambut baik rencana Mesir itu.
Mereka menyebut rencana untuk membangun kembali Gaza selama lebih dari lima tahun sebagai sesuatu yang realistis.
Pada pernyataannya, mereka mengatakan proposal itu menjanjikan perbaikan yang cepat dan berkelanjutan terhadap kondisi kehidupan yang menyedihkan bagi rakyat Gaza.
Rencana itu juga menyerukan Gaza untuk sementara dipimpin oleh Komite Independen dari para ahli dan juga pasukan perdamaian internasional dikerahkan ke wilayah itu.
Komite itu juga akan bertanggung jawab untuk mengawasi bantuan kemanusiaan dan mengelola urusan Gaza untuk sementara waktu di bawah pengawasan Otoritas Palestina.
Proposal itu disusun di tengah meningkatnya kekhawatiran bahwa kesepakatan gencatan senjata Gaza yang rapuh dapat runtuh setelah fase pertama yang berlangsung selama enam pekan terakhir pada 1 Maret.
Israel sendiri telah memblokir bantuan yang masuk ke wilayah itu untuk menekan Hamas agar menerima usulan AS untuk perpanjangan sementara gencatan senjata.
Hal itu demi lebih banyak sandera yang ditahan di Gaza akan dibebaskan sebagai ganti tahanan Palestina.
Namun, Hamas bersikeras bahwa fase kedua gencatan senjata, yang akan melihat penarikan penuh pasukan Israel, harus dimulai sesuai kesepakatan.
Israel akan mengirim tim negosiasi ke Qatar pada Senin (10/3/2025), untuk mengambil bagian dalam pembicaraan tentang perpanjangan gencatan senjata.
Baca Juga: Donald Trump Akui Lebih Sulit Berurusan dengan Ukraina Ketimbang Rusia
Rencana Arab untuk masa depan Gaza merupakan alternatif dari ide Trump yaitu AS mengambilalih wilayah dan memindahkan populasi.
Mesir memperkenalkan rencana itu dalam pertemuan darurat Liga Arab pada Selasa (4/3/2025), dan disambut baik Otoritas Palestina dan Hamas.
Namun, Gedung Putih dan Kementerian Luar Negeri Israel menganggap rencana itu gagal melihat realias di Gaza.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : BBC Internasional
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.