WASHINGTON, KOMPAS.TV — Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mencaci Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy karena bersikap "tidak sopan", dalam pertemuan luar biasa di Ruang Oval Gedung Putih, Jumat (28/2/2025). Buntut dari pertikaian itu, Zelenskyy urung menandatangani kesepakatan mineral dengan AS.
Pertikaian mengejutkan antara Zelenzkyy melawan Trump dan Wakil Presiden AS JD Vance, dapat mengacaukan urusan di Eropa dan di seluruh dunia.
Dalam kunjungan ke AS ini, Zelenskyy dijadwalkan akan menandatangani kesepakatan yang memungkinkan AS memperoleh akses lebih besar ke mineral langka Ukraina dan mengadakan konferensi pers bersama. Namun rencana itu dibatalkan setelah pertikaian sengit antara para pemimpin tersebut, yang dipertontonkan di depan awak media.
Pemimpin Ukraina itu diminta meninggalkan Gedung Putih oleh para penasihat utama Trump, tak lama setelah Trump meneriakinya. Peristiwa ini menunjukkan penghinaan terbuka kepada Zelenskyy.
"Anda mempertaruhkan Perang Dunia III, dan apa yang Anda lakukan sangat tidak menghormati negara ini, negara yang mendukung Anda jauh lebih banyak daripada yang dikatakan banyak orang," kata Trump kepada Zelenskyy.
Baca Juga: Prancis Bergabung dengan AS Dalam Upaya Mendapatkan Akses ke Mineral Langka di Ukraina
Sepuluh menit terakhir dari pertemuan yang berlangsung hampir 45 menit itu berubah menjadi adu pendapat yang menegangkan antara Trump, Vance, dan Zelenskyy. Awalnya pertemuan itu berlangsung dengan tenang. Namun suasana memanas ketika Zelenskyy mempertanyakan tentang komitmen Rusia terhadap diplomasi dan gencatan senjata.
“Anda tahu bahwa kami telah berbicara dengannya, banyak pembicaraan. Banyak pembicaraan bilateral, dan kami menandatangani dengannya! Pada tahun 2019 saya menandatangani dengannya, kesepakatan itu! Saya menandatangani dengannya, Macron dan Merkel, kami menandatangani gencatan senjata. Gencatan senjata! Mereka semua mengatakan kepada saya bahwa dia tidak akan pernah pergi. Kami menandatanganinya, kontrak gas. Kontrak gas, ya, tetapi setelah itu, dia melanggar gencatan senjata. Dia membunuh orang-orang kami dan dia tidak menukar tahanan. Kami menandatangani pertukaran tahanan, tetapi dia tidak melakukannya. Diplomasi macam apa yang Anda bicarakan, JD? Apa maksud Anda?” ujar Zelenskyy.
Tujuan utama Zelenskyy dalam pertemuan itu adalah untuk menekan Trump agar tidak meninggalkan negaranya dan memperingatkan agar tidak terlalu dekat dengan Presiden Rusia Vladimir Putin. Namun yang terjadi justru sebaliknya, ia malah dibentak oleh Trump dan Vance di depan kamera wartawan.
Trump kemudian mengatakan kepada wartawan, sesaat sebelum berangkat ke resor Mar-a-Lago di Florida Selatan untuk berakhir pekan, bahwa ia menginginkan gencatan senjata segera antara Rusia dan Ukraina. Namun dia menyatakan keraguan bahwa Zelenskyy siap untuk berdamai.
Zelenskyy tampil di Fox News pada Jumat malam dan mengatakan bahwa pertengkarannya dengan Trump dan Vance di depan publik tidak baik untuk kedua belah pihak. Namun, Zelenskyy mengatakan Trump — yang bersikeras Putin siap mengakhiri perang yang telah berlangsung selama tiga tahun — perlu memahami bahwa Ukraina tidak dapat mengubah sikapnya terhadap Rusia dalam sekejap.
Baca Juga: Rakyat Ukraina Puji Zelenskyy Berani Bertengkar dengan Trump: Bak Singa dan Bela Kepentingan Negara
Zelenskyy menambahkan bahwa Ukraina tidak akan memasuki perundingan damai dengan Rusia sampai negara itu memiliki jaminan keamanan terhadap serangan lainnya.
"Ini sangat sensitif bagi rakyat kami," kata Zelenskyy. "Dan mereka hanya ingin mendengar bahwa Amerika (berada) di pihak kami, bahwa Amerika akan tetap bersama kami. Bukan dengan Rusia, tetapi dengan kami. Itu saja," ujarnya seperti dikutip dari The Associated Press.
Setelah pertemuan tersebut, Trump mengunggah di situs media sosialnya bahwa ia telah menentukan bahwa Zelenskyy tidak siap untuk Perdamaian.
"Ia tidak menghormati Amerika Serikat di Ruang Oval yang disayanginya. Ia dapat kembali ketika ia siap untuk perdamaian," tulis Trump.
Bagikan perspektif Anda, sumbangkan wawasan dari keahlian Anda, dan berkontribusilah dalam memperkaya pemahaman pembaca kami.
Sumber : The Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.