GAZA, KOMPAS.TV - Israel halangi ribuan warga Palestina yang dipindahkan kembali ke rumahnya di utara Gaza.
Israel dilaporkan telah memblokade jalanan utama, Sabtu (25/1/2025), dan menyalahkan Hamas dengan menuduh mereka melanggar kesepakatan gencatan senjata.
Ulah Israel itu muncul setelah Hamas membebaskan empat tentara perempuan Israel.
Baca Juga: Hamas Bebaskan Empat Tentara Perempuan Israel yang Disandera, Israel Bebaskan 200 Tawanan Palestina
Sedangkan pihak Israel membebaskan 200 tahanan Palestina.
Dikutip dari BBC Internasional, pemerintah Israel mengatakan warga Gaza tak akan diizinkan bepergian ke utara sampai ada rencana membebaskan warga sipil Israel, Arbey Yehud.
Menurut kesepakatan, Hamas akan membebaskan warga sipil sebelum tentara.
Pada Sabtu malam, ketika ribuan warga Palestina berkumpul di jalan Al-Rashid Gaza tengah untuk kembali ke rumahnya, bunyi senjata terdengar.
Kementerian Pertahanan Gaza dan media Palestina mengatakan satu orang terbunuh, dan beberapa lainnya cedera.
Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengatakan tentaranya di Gaza telah melepaskan tembakan ke beberapa perkumpulan puluhan orang yang diduga dan diidentifikasi menjadi ancaman bagi mereka.
“Berbeda dengan laporan beberapa jam terakhir, semua penembakan di area itu memiliki tujuan untuk membuat jarak dan tak bertujuan menyakiti,” bunyi pernyataan IDF.
“Kami tekankan bahwa sampai tahap ini, tak diketahui adanya cedera pada tersangka akibat penembakan tersebut,” tambahnya.
Gencatan senjata Hamas dan Israel telah dilakukan sejak Minggu (19/1/2025).
Salah satu poinnya adalah pembebasan sandera Israel, dan kembalinya rakyat Palestina yang dipindahkan untuk kembali ke Gaza utara.
Baca Juga: Bantuan Kemanusiaan untuk Warga Gaza Terus Mengalir dan Jangkau Daerah yang Sulit Akses
Tetapi, tank Israel masih memblokade jalanan di mana orang-orang seharusnya kembali berjalan ke utara.
Israel telah meminta mediator memperlihatkan bukti dari Hamas, bahwa Yehud masih hidup.
Hamas pun sepertinya sudah memberikan bukti itu kepada pihak Mesir, yang menjadi mediator.
Sumber : BBC Internasional
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.