NEW YORK, KOMPAS.TV - Seorang bos Yakuza Jepang, Takeshi Ebisawa (60) mengaku bersalah telah menjual material nuklir ke Iran dari kelompok pemberontak di Myanmar.
Ebisawa mengaku bersalah saat disidang di pengadilan federal di Manhattan, Amerika Serikat (AS), Rabu (8/1/2025).
Selain menjual material nuklir, bos Yakuza mengaku telah menyelundupkan narkoba berupa heroin dan sabu-sabu ke AS.
Material nuklir dan narkoba itu disebut diselundupkan untuk membeli persenjataan berat bagi kelompok pemberontak Myanmar.
Takeshi Ebisawa pun terancam hukuman penjara seumur hidup di AS selain hukuman wajib penjara 10 tahun.
Pria asal Jepang itu akan menjalani sidang putusan pada 9 April mendatang.
Baca Juga: Trump Ancam Hamas untuk Bebaskan Sandera Israel, Bakal Hadirkan Neraka di Timur Tengah
Pihak kejaksaan di AS menyebut Ebisawa ditangkap usai berkomunikasi dengan agen lembaga anti-narkotika AS, DEA yang menyamar pada 2021 dan 2022.
Pengakuannya kepada agen rahasia tersebut membuatnya ditangkap di Manhattan pada April 2022 silam.
Kepala DEA Anne Milgram menyebut, operasi penyelidikan terhadap Ebisawa telah membongkar "jaringan kejahatan terorganisasi yang menyelundupkan material nuklir, terlibat perdagangan narkoba, hingga mempersenjatai kelompok pemberontak."
Plt. Jaksa Agung AS, Edward Y. Kim menyebut, Ebisawa telah mengakui tindakannya menyelundupkan material nuklir berupa plutonium tingkat militer dan torium dari Myanmar ke Iran.
"Pada saat bersamaan, dia mengirim heroin dan sabu-sabu berjumlah besar ke Amerika Serikat untuk ditawarkan dengan persenjataan berat seperti rudal darat-ke-udara untuk digunakan dalam medan tempur di Burma," kata Kim dikutip Associated Press.
Pihak kejaksaan menyebut Ebisawa mendapatkan material nuklir dari pemimpin kelompok pemberontak di Myanmar yang belum teridentifikasi.
Pemberontak Myanmar disebut menambang uranium di negara itu di tengah perang saudara.
Pihak Kejaksaan menyebut, sampel material nuklir yang didapatkan dari Ebisawa telah diperiksa di laboratorium AS.
Peneliti menyimpulkan sampel tersebut mengandung uranium, torium, dan plutonium dengan "komposisi isotop" yang mencapai tingkat persenjataan. Artinya, plutonium itu dapat digunakan dalam pembuatan senjata nuklir
Baca Juga: Rusia Tembak Jatuh 8 Rudal Buatan AS, Bakal Balas dengan Rudal Baru yang Bisa Berhulu Ledak Nuklir
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.