BEIJING, KOMPAS.TV - Petugas penyelamat terus bekerja untuk mencari penyintas dan korban gempa bumi di wilayah Tibet, China pada Rabu (8/1/2025). Hingga kini, gempa yang mengguncang Tibet pada Selasa (7/1/2025), telah menewaskan sedikitnya 126 orang.
Tenda-tenda dikirim untuk menjadi tempat berteduh bagi korban gempa yang rumahnya runtuh atau tidak aman.
Selain itu, para korban selamat juga membutuhkan selimut, dan barang-barang bantuan lainnya karena harus berjibaku dengan suhu dingin yang mencapai di bawah titik beku ketika malam.
Tempat tinggal mereka umumnya berada di ketinggian rata-rata sekitar 4.200 meter di atas permukaan laut. Jumlah korban tewas yang dikonfirmasi kini mencapai 126 orang dan 188 orang lainnya luka-luka.
Gempa bumi melanda wilayah yang berada sekitar 75 kilometer dari Gunung Everest dan perbatasan dengan Nepal.
Guncangan gempa terasa hingga ke Nepal dan membuat orang-orang berlarian keluar dari rumah mereka di ibu kota Kathmandu.
“Korban tewas termasuk sedikitnya 22 orang dari 222 penduduk Gurum,” kata kepala Partai Komunis di desa tersebut, Tsering Phuntsog, Selasa, seperti dikutip Kantor Berita Xinhua.
Korban jiwa termasuk ibunya yang berusia 74 tahun, dan beberapa kerabatnya yang masih terkubur di bawah reruntuhan.
"Anak-anak muda tidak dapat keluar dari rumah ketika gempa terjadi, apalagi orang tua dan anak-anak," kata Tsering Phuntsog.
Baca Juga: Gempa Tibet Kini Tewaskan Sedikitnya 126 Orang, Masih Banyak Korban yang Terjebak Puing
Lebih dari 3.600 rumah dilaporkan runtuh dan 30.000 penduduk telah direlokasi. Kementerian Manajemen Darurat menerjunkan 1.850 petugas penyelamat ke lokasi bencana, yang berusaha melakukan penyelamatan bersama dengan petugas pemadam kebakaran.
Survei Geologi AS mengatakan gempa bumi itu berkekuatan 7,1 dengan kedalaman relatif dangkal, yaitu sekitar 10 kilometer. Sedangkan Pusat Jaringan Gempa Bumi China mencatat kekuatan 6,8. Gempa bumi dangkal sering kali menyebabkan kerusakan yang lebih besar.
Episentrum gempa berada di daerah Tingri di Tibet, tempat lempeng India dan Eurasia bergesekan satu sama lain dan dapat menyebabkan gempa bumi yang cukup kuat untuk mengubah ketinggian beberapa puncak tertinggi di dunia di pegunungan Himalaya.
Tibet merupakan bagian dari China, namun banyak warganya yang setia kepada Dalai Lama, yang merupakan pemimpin spiritual Tibet. Dalai Lama tinggal di pengasingan di India sejak pemberontakan anti-China yang gagal pada tahun 1959.
Baca Juga: Gempa Tibet, Kemlu RI Belum Terima Laporan Ada WNI yang Terdampak
Menanggapi gempa ini, Presiden China Xi Jinping menyerukan upaya habis-habisan untuk menyelamatkan warga dan meminimalkan korban jiwa.
Langkah selanjutnya adalah menyediakan tempat tinggal bagi orang-orang yang rumahnya telah rusak. Menurut CCTV, lebih dari 3.000 petugas telah dikerahkan untuk melakukan upaya penyelamatan.
Wakil Perdana Menteri China Zhang Guoqing dikirim ke daerah tersebut untuk memandu upaya penyelamat. Pemerintah China pun mengumumkan alokasi dana sebesar 100 juta yuan (sekitar Rp220 miliar) untuk bantuan bencana.
Sumber : Xin Hua, The Associated Press, CCTV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.