SEOUL, KOMPAS.TV - Upaya penangkapan Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol yang dimakzulkan semakin panas, setelah dua pemimpin pasukan pengawal presiden (PSS) menolak panggilan polisi.
Kepala PSS Park Chong-jun dan Deputi Kim Seong-hoon menolak pemanggilan polisi untuk ditanyai, Sabtu (4/1/2025).
Penolakan itu terjadi setelah pasukan pengawal presiden dan unit militer menghalangi upaya badan antikorupsi Korea Selatan (CIO) untuk menangkap Yoon Suk-yeol yang tengah dimakzulkan.
Baca Juga: Rakyat Korsel Terpecah soal Penahanan Yoon Suk Yeol, Puluhan Ribu Orang Turun ke Jalan
Dikutip dari Yonhap, pada pernyataannya, PSS mengatakan baik Kepala PSS Park Chong-jun atau Deputi Kim Seong-hoon tak bisa meninggalkan posisinya baik untuk sesaat.
Mereka beralasan beratnya situasi saat ini dalam memberikan keamanan bagi Yoon Suk-yeol.
PSS menambahkan bahwa mereka sedang berunding dengan polisi untuk menjadwalkan ulang sesi pemeriksaan.
Pada Jumat (3/1/2025), CIO berusaha untuk menerapkan surat perintah penangkapan Yoon Suk-yeol atas upaya Darurat Militer yang gagal pada Desember.
Namun, CIO dihalangi oleh petugas PSS dan tentara selama 6 jam, juga sebanyak 200 orang membentuk dinding manusia untuk memblokade jalan masuk ke pemukiman presiden.
PSS sendiri mengancam akan mengambil langkah hukum terhadap “pelanggaran batas yang tak sah”.
Baca Juga: Korea Utara Ledek Pemakzulan Yoon Suk-Yeol Bikin Korsel Lumpuh, Sebut Alami Kebingungan Politik
CIO sendiri diyakini akan mencoba kembali untuk menangkap Yoon Suk-yeol pada Minggu (5/1/2025), karena surat perintah itu memberikan waktu hingga Senin (6/1/2025), untuk melakukan eksekusi penangkapan.
Surat penangkapan itu mendakwa Yoon Suk-yeol atas pemberontakan dan penyalahgunaan kekuasaan.
CIO sekali lagi menyerukan agar Presiden sementara Choi Sang-mok menginstruksikan tim pasukan pengawal presiden untuk bekerja sama dalam eksekusi surat penangkapan itu.
Sumber : Yonhap
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.