KURSK, KOMPAS.TV - Tentara Korea Utara yang membantu Rusia melawan Ukraina di Kursk, disebut bertempur dengan kondisi yang mengenaskan.
Menurut seorang sersan dari pasukan khusus Ukraina, tentara Korea Utara menggunakan peralatan yang sudah rusak dan senjata yang kuno.
Mereka juga disebut tak membawa ransum atau jatah makanan, dalam pertempuran baru-baru ini di Kursk, Rusia.
Mykhailo Makaruk dari Resimen Operasi Khusus ke-8 Ukraina mengaku mengetahui hal itu setelah menggeledah pakaian tentara Korea Utara yang terbunuh di Kursk.
“Mereka tak membawa makanan militer di tas perbekalannya. Mereka membawa granat, bahkan itu bukan dari tipe Soviet,” ujar Makaruk, seperti dilansir Radio Free Asia, Selasa (31/12/2024).
Baca Juga: Buku Harian Tentara Korea Utara di Rusia Ungkap Berjuang bagi Kim Jong Un Adalah Tugas Suci
“Itu granat bohongan. Mereka juga membawa peralatan medis level rendah,” tambahnya.
Makaruk juga mengatakan para tentara Korea Utara mendapatkan pelatihan dengan standar Uni Soviet, dan semua peralatan tempur mereka, termasuk Kalashnikov AK-47, disiapkan oleh Rusia.
Itu termasuk barang-barang kecil, seperti rokok Rusia, serta beberapa korek api yang mungkin dikumpulkan sebagai suvenir, atau untuk digunakan sebagai mata uang barter.
Makaruk juga mengatakan menemukan kartu identitas yang mencantumkan tentara Korea Utara sebagai “tentara non-tempur", yang melakukan “pendudukan sipil”.
Menurut Amerika Serikat (AS) dan Ukraina, setidaknya 12.000 tentara Korea Utara sudah berada di Rusia untuk membantu Presiden Rusia Vladimir Putin di Kursk.
Ukraina mengatakan lebih dari 3.000 tentara Korea Utara telah tewas di Kursk.
Sementara Korea Selatan memperkirakan setidaknya 1.100 tentara Korea Utara terbunuh atau terluka.
Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih John Kirby pada pekan lalu mengatakan lebih dari 1.000 tentara Korea Utara tewas dalam sepekan.
Baca Juga: Rusia Disebut Alami Kehilangan Besar di Kursk, Lebih dari 38.000 Pasukan Putin Tewas
Menurut Kirby, militer Korea Utara disebut telah melancarkan serangan sia-sia terhadap pasukan Ukraina di Kursk atas perintah pemimpin militer Rusia dan Korea Utara.
Ia menegaskan strategi gelombang manusia Korea Utara terbukti belum begitu efektif.
Sementara Sekretaris Pers Pentagon atau Departemen Pertahanan AS Sabrina Singh pada awal pekan ini mengatakan tak ada tanda-tanda pengerahan tentara tambahan dari Korea Utara, meski jumlah korban dilaporkan tinggi.
Sumber : Radio Free Asia
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.