NEW ORLEANS, KOMPAS.TV - Tahun baru berdarah terjadi di New Orleans, Amerika Serikat, setelah mobil truk menabrak pejalan kaki yang merayakan pergantian tahun. Insiden tersebut terjadi Rabu (1/1/2025) dini hari saat pergantian tahun.
Pengemudi diketahui sebagai veteran tentara dan di mobilnya dipasang bendera ISIS.
Akibat aksi tersebut sebanyak 15 orang dilaporkan tewas.
Baca Juga: AS Habiskan Rp356 Triliun untuk Dukung Perang Brutal Israel di Gaza hingga Suriah
Pelaku sendiri ditembak mati setelah menabrak blokade polisi dan menabraki orang-orang.
FBI mengungkapkan menyelidiki insiden tersebut sebagai aksi teroris dan meyakini pengemudi tak beraksi sendiri.
Penyelidik menemukan senjata dan apa yang diyakini sebagai alat peledak di dalam kendaraan, bersama dengan alat-alat peledak lainnya yang ada di French Quarter.
Kerusuhan itu mengubah suasana Bourbon Street yang meriah menjadi kekacauan mengerukan dengan korban yang terluka, tubuh berlumuran darah, dan pejalan kaki yang berlarian mencari tempat aman di dalam kelab malam dan restoran.
Selain korban yang tewas, puluhan orang juga dilaporkan terluka.
Saksi mata Zion Parsons, 18 tahun dari Gulfort, Mississippi, mengatakan ia melihat truk itu melaju dengan kencang.
“Truk itu melempar orang-orang seerti dalam adegan film, melemparkan orang-orang ke udara,” katanya dikutip dari Associated Press.
“Mayat-mayat berserakan di jalan, semua orang berteriak,” ujar Parsons, yang temannya Nikyra Ddeaux termasuk korban tewas.
Kepala Polisi New Orleans Anne Kirkpatrick tak menyangka dengan terjadinya insiden ini.
“Ini bukan sekadar aksi terorisme. Ini kejahatan,” katanya.
Ia mengungkapkan bahwa pengemudi itu “mengalahkan” langkah-langkah keselamatan yang diberlakukan untuk melindungi pejalan kaki.
Baca Juga: Perayaan Tahun Baru 2025, Pesta Kembang Api Hiasi Langit Kuala Lumpur dan London
“Ia bertekad keras untuk menciptakan pembantaian dan kerusakan yang ditimbulkannya,” kata Kirkpatrick.
FBI mengidentifikasi pengemudi itu sebagai Shamsud-Din Jabbar, 42 tahun, seorang warga AS dari Texas, yang pernah bergabung dengan militer AS pada 2007.
“Kami tak percaya Jabbar bertanggung jawab sendirian,” kata Asisten Agen Khusus FBI Alethea Duncan.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.