SEOUL, KOMPAS.TV - Fakta baru terungkap atas kondisi pesawat Jeju Air yang mengalami kecelakaan dan menewaskan 179 orang.
Pesawat Jeju Air dengan nomor penerbangan 7C2216, tergelincir saat mendarat dan akhirnya menabrak tembok Bandara Internasional Muan, Minggu (29/12/2024).
Malafungsi di roda pesawat saat akan mendarat diyakini sebagai penyebab kecelakaan.
Baca Juga: Usai Tragedi Jeju Air Tewaskan 179 Orang, Korea Selatan Lakukan Inspeksi Khusus Boeing 737-800
Penyebab malafungsi tersebut diyakini disebabkan karena tabrakan dengan burung, meski saat ini penyelidikan masih dilakukan.
Namun dilansir dari Yonhap, sumber dari industri penerbangan pada Senin (30/12/2024) mengungkapkan, ternyata pesawat tersebut telah melakukan 13 penerbangan dalam 48 jam tepat sebelum kecelakaan. Hal ini memicu kekhawatiran akan adanya penggunaan pesawat yang berlebihan dalam waktu singkat.
Pesawat Boeing B737-800 tersebut diketahui sebelumnya melakukan perjalanan antara Muan, Pulau Jeju dan Incheon.
Selain itu juga ditemukan bahwa pesawat itu melakukan penerbangan internasional termasuk Beijing, Bangkok, Kota Kinabalu, Nagasaki, dan Taipei.
Pesawat itu digunakan sebagai penerbangan sewaan untuk kelompok tur yang sebagian besar diselenggarakan oleh agen perjalanan yang berpusat di Gwangju, yang menawarkan paket perjalanan lima hari ke Bangkok untuk musim Natal.
Penerbangan sewaan dijadwalkan secara khusus berdasarkan permintaan, dan biasanya diisi secara eksklusif oleh penumpang yang direkrut oleh agen perjalanan.
Pengamat industri telah menyuarakan kekhawatiran tentang apakah Jeju Air mungkin telah melampauai batas, dengan menjadwalkan penerbangan sewaan yang berlebihan selama musim ramai di akhir tahun.
Bandara regional di Korea Selatan sangat bergantung pada penerbangan sewaan yang dioperasikan oleh maskapai berbiaya rendah seperti Jeju Air.
“Dalam kasus bandara regional, hanya ada sedikit rute penerbangan reguler, sehingga mereka sering bergantung pada operasi sewaan,” kata seorang pejabat industri perjalanan.
“Karena sebagian besar maskapai yang beroperasi di bandara regional adalah maskapai berbiaya rendah, sebagian besar penerbangan sewaan dijalankan maskapai ini,” tambahnya.
Baca Juga: Jeju Air Kembali Alami Malfungsi Roda Pendaratan usai Tragedi Tewasnya 179 Orang, Untung Selamat
Jeju Air telah diidentifikasi memiliki salah satu tingkat penggunaan pesawat bulanan rata-rata tertinggi di antara maskapai domestik lain.
Menurut data perusahaan, waktu penerbangan bulanan rata-rata pesawat Jeju Air tercatat sebesar 418 jam pada periode Juli-September. Ini merupakan waktu terlama di antara enam maskapai berbiaya rendah domestik lain.
Sumber : Yonhap
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.