Jeju Air Kembali Alami Malfungsi Roda Pendaratan usai Tragedi Tewasnya 179 Orang, Untung Selamat

GIMPO, KOMPAS.TV - Pesawat Jeju Air kembali mengalami malfungsi roda pendaratan sehari setelah tragedi yang menewaskan 179 orang.

Untungnya, berbeda nasib dengan pesawat Jeju Air yang menabrak tembok di Bandara Internasional Muan, Minggu (29/12/2024), pesawat lainnya itu bisa mendarat dengan selamat.

Pesawat Jeju Air lainnya yang mengalami masalah malfungsi roda pendaratan adalah pesawat dengan nomor penerbangan 7C 101.

Baca Juga: Kecelakaan Pesawat di Korea Selatan: Otoritas Ungkap Hanya 2 Penumpang yang Selamat

Berangkat dari Bandara Internasional Gimpo pada 6.37 pagi, Senin (30/12/2024), kru pesawat yang membawa 161 penumpang itu mendeteksi kejanggalan pada sistem roda pendaratan.

Dikutip dari Aviationa2z, otoritas penerbangan mengonfirmasikan bahwa kru penerbangan segera melakukan protokol keamanan saat menyadari malfungsi tersebut.

Pesawat pun berbalik ke Bandara Internasional Gimpo, dan langsung melakukan pendaratan darurat.

Petugas darat kemudian memeriksa pesawat sementara penumpang dievakuasi dengan selamat.

Jeju Air dilaporkan segera menyiapkan pesawat alternatif untuk meminimalisir gangguan pada jadwal penumpang.

Penerbangan pengganti berhasil berangkat ke Pulau Jeju pada pukul 8.30 pagi waktu setempat dengan semua penumpang di dalamnya.

Insiden ini terjadi hanya sehari setelah kecelakaan yang melibatkan pesawat Boeing 737-800 Jeju Air lainnya di Bandara Internasional Muan.

Baca Juga: Momen CEO Jeju Air Membungkuk Minta Maaf, 179 Orang Dilaporkan Tewas

Presiden sementara Korea Selatan Choi Sang-Mok telah memerintahkan inspeksi pemeriksaan keamanan darurat dari operasional maskapai menyusul insiden tragis tersebut.

Boeing 737-800 dari insiden tragis itu mendarat dengan badan pesawat tanpa mengeluarkan ban pendaratan, dan menyebabkan bencana penerbangan sipil paling mematikan di Korea Selatan.

Pemerintah Korea Selatan meluncurkan audit komprehensif yang menargetkan seluruh 101 pesawat Boeing 737-800 yang beroperasi di negara tersebut.