JALUR GAZA, KOMPAS.TV — Musim dingin melanda Jalur Gaza dan hampir 2 juta warga Palestina yang mengungsi akibat perang saat ini tengah berjuang untuk melindungi diri mereka dari angin, dingin dan hujan.
Mereka mengalami kekurangan selimut dan pakaian hangat. Selain itu, mereka hanya memiliki sedikit kayu untuk dibakar sebagai penghangat. Sementara itu, tenda serta terpal yang mereka miliki untuk berlindung sudah kusam dan ditambal sulam.
Shadia Aiyada, yang mengungsi dari Rafah ke daerah pesisir Muwasi, hanya memiliki satu selimut dan sebotol air panas untuk menjaga delapan anaknya agar tidak menggigil di dalam tenda mereka yang rapuh.
“Kami merasa takut setiap kali mengetahui dari ramalan cuaca bahwa hari-hari hujan dan berangin akan datang. Kami khawatir tenda-tenda kami akan terangkat oleh angin. Selain itu, kami khawatir cuaca akan berangin kencang dan akan merobohkan tenda-tenda ketika kami berada di dalam,” katanya.
Dengan suhu malam hari yang dapat turun hingga 4 derajat Celsius, Aiyada khawatir anak-anaknya akan jatuh sakit karena tidak memiliki pakaian hangat.
Baca Juga: PM Malaysia Dukung Pernyataan Prabowo soal Palestina di KTT D-8 Mesir
“Ketika mereka meninggalkan rumah, anak-anaknya hanya memiliki pakaian musim panas,” katanya. Mereka terpaksa meminjam beberapa pakaian dari saudara dan teman untuk menghangatkan diri.
Perserikatan Bangsa-Bangsa memperingatkan tentang orang-orang yang tinggal di tempat penampungan sementara yang tidak aman yang mungkin tidak akan bertahan hidup di musim dingin.
“Setidaknya 945.000 orang membutuhkan perlengkapan untuk musim dingin, yang telah menjadi sangat mahal di Gaza,” kata PBB seperti dikutip dari The Associated Press. PBB juga khawatir tentang penyebaran penyakit menular, yang melonjak musim dingin lalu.
Badan PBB untuk Pengungsi Palestina, yang dikenal sebagai UNRWA, telah merencanakan sepanjang tahun untuk menghadapi musim dingin di Gaza, tetapi bantuan yang dapat diberikan ke wilayah tersebut tidak mencukupi untuk semua orang.
UNRWA mendistribusikan 6.000 tenda selama empat minggu terakhir di Gaza utara tetapi tidak dapat mengirimkannya ke bagian lain Jalur Gaza, termasuk daerah yang dilanda pertempuran. Sekitar 22.000 tenda telah tertahan di Yordania dan 600.000 selimut dan 33 truk penuh kasur telah teronggok di Mesir sejak musim panas karena badan tersebut tidak mendapatkan persetujuan Israel untuk memasukkan bantuan.
“Kini banyak kasur dan selimut telah hancur oleh cuaca atau digigit hewan pengerat,” kata Louise Wateridge, juru bicara UNRWA.
Baca Juga: Arab Saudi Bersikeras Pengakuan Negara Palestina Harga Mati jika Israel Ingin Normalisasi
Komite Penyelamatan Internasional sedang berjuang untuk membawa pakaian musim dingin anak-anak karena mereka harus mengantongi izin dari otoritas terkait untuk memasuki wilayan Palestina.
Sementara itu, Badan pemerintah Israel yang bertanggung jawab untuk mengoordinasikan pengiriman bantuan ke Gaza mengaku bahwa Israel telah bekerja selama berbulan-bulan dengan organisasi internasional untuk mempersiapkan Gaza menghadapi musim dingin.
Mereka mengklaim telah memfasilitasi pengiriman pemanas, pakaian hangat, tenda, dan selimut ke wilayah tersebut. Badan tersebut juga mengatakan Israel tidak mencegah pengiriman bantuan dari Yordania. Namun pada kenyataannya, masih banyak bantuan internasional yang terhambat masuk Palestina karena tidak mendapatkan izin Israel.
Sumber : The Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.