ANKARA, KOMPAS.TV - Turki memperingatkan Rusia dan Iran agar tak melakukan intervensi militer terhadap Suriah sebagai dukungan kepada Presiden Bashar Al-Assad.
Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan pada Jumat (13/12/2024).
Assad akhirnya terguling dari kursi kepresidenan Suriah usai serangan kilat pemberontak berhasil menguasai Ibu Kota Damaskus pada Minggu (15/12/2024).
Baca Juga: Israel Klaim Kuasai Wilayah Udara Suriah, Fasilitas Nuklir Iran Jadi Sasaran Berikutnya
Fidan mengungkapkan, baik Rusia dan Iran telah memberikan tanggapan atas peringatan tersebut.
“Yang terepenting adalah berbicara dengan pihak Rusia dan Iran untuk memastikan mereka tidak terlibat secara militer,” ujar Fidan, dikutip dari Al-Arabiya.
“Kami mengadakan pertemuan (dengan Rusia dan Iran), dan mereka mengerti,” tambahnya.
Ia mengatakan jika Moskow dan Teheran membantu Assad, kelompok pemberontak berkemungkinan masih bisa menang. Namun, hasil akhirnya mungkin akan jauh lebih kejam.
“Jika Assad menerima dukungan, pihak oposisi berkemungkinan akan tetap meraih kemenangan dengan determinasi mereka, tetapi akan memakan waktu lebih lama dan lebih berdarah,” tuturnya.
Rusia dan Iran merupakan pendukung kunci Bashar Al-Assad sejak perang sipil pecah pada 2011.
Fidan menambahkan, tujuan Turki saat ini terkait masalah Suriah adalah fokus mengadakan pembicaraan dengan dua pemain penting yang kuat tersebut dan meminimalkan jatuhnya korban jiwa.
Ketika pasukan aliansi pemberontak memulai serangan pada 27 November lalu, Moskow dan Teheran dilaporkan sempat menawarkan dukungan kepada militer Assad untuk mengadang perlawanan.
Namun, skala kehancuran militer Assad mengejutkan kedua negara tersebut. Runtuhnya pemerintahan Assad terjadi saat Rusia dan Iran tengah menghadapi permasalahan mereka sendiri.
Baca Juga: Travis Timmerman Warga AS yang Ditemukan di Damaskus, Sempat Dipenjara Rezim Bashar Al-Assad
Rusia tengah bertempur dalam perang di Ukraina. Sedangkan pihak-pihak yang dianggap sebagai proksi Iran termasuk Hizbullah di Lebanon, tengah mendapat hantaman keras dari Israel.
Menurut Fidan, kedua negara itu menyadari permainan sudah berakhir. Bahkan menganggap Assad bukan lagi seseorang yang dapat mendatangkan keuntungan.
Sumber : Al-Arabiya
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.