NEW YORK, KOMPAS.TV - Utusan Khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) untuk Suriah Geir Pedersen menyatakan bahwa pendudukan Israel atas kawasan penyangga di Dataran Tinggi Golan, Suriah melanggar perjanjian antara kedua negara.
Militer Israel diketahui menduduki wilayah Dataran Tinggi Golan yang dikontrol Suriah usai pemerintahan Bashar Al-Assad ditumbangkan pada Minggu (8/12/2024) lalu. Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengeklaim pendudukan tersebut akan berlangsung sementara.
Baca Juga: Pemimpin Iran Ayatullah Khamenei Klaim Tumbangnya Bashar Al-Assad Direncanakan AS, Israel, dan Turki
Wilayah Dataran Tinggi Golan sendiri dikontrol Israel dan Suriah usai berakhirnya Perang Yom Kippur pada 1974. Wilayah ini diduduki Israel usai Perang Enam Hari pada 1967.
"Pesan dari New York (Markas PBB) sama, bahwa apa yang kita lihat (di Golan) adalah pelanggaran perjanjian pada 1974," kata Pedersen dikutip Anadolu, Selasa (10/12).
Selain menduduki Golan, miiter Israel diketahui meluncurkan ratusan serangan udara ke Suriah usai tumbangnya pemerintahan Bashar Al-Assad. Israel menyerang fasilitas-fasilitas militer Suriah seperti pangkalan udara, kapal perang, hingga depot amunisi.
Sebelumnya, Utusan Tetap Suriah untuk PBB Qusay Al-Dahhak menuduh Israel memanfaatkan fase transisi kekuasaan di Suriah untuk melangsungkan "agenda penjajahan."
"Rakyat Suriah dan Suriah kini menyaksikan era baru perubahan, sebuah tahap sejarah yang baru, Suriah sedang membangun negara baru berdasarkan kebebasan, kesetaraan, hukum, dan demokrasi," kata Al-Dahhak.
"Kami akan bekerja sama membangun kembali negara kami, membangun kembali apa yang dihancurkan, dan membangun kembali masa depan, masa depan yang lebih baik bagi seluruh rakyat Suriah.
Baca Juga: Fakta-Fakta Penjara Sednaya Suriah: Rumah Jagal Assad, Jenazah Tahanan Ditemukan dalam Oven
Sumber : Anadolu
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.