JAKARTA, KOMPAS.TV- Pertandingan sepak bola yang awalnya seru berakhir tragis di Guinea, Minggu (1/12/2024). Bentrok antar suporter dari dua kesebelasan, Labe dan Nzerekore, yang berlangsung di kota Nzerekore, menewaskan setidaknya 100 orang.
Kantor berita Agence France-Presse (AFP), mengutip sumber-sumber rumah sakit setempat, mengatakan ada puluhan orang tewas. Tapi seorang dokter yang menangani langsung memperkirakan jumlah korban tewas mendekati sekitar 100 orang.
"Jasad manusia berjejer sejauh mata memandang di rumah sakit. Lainnya tergeletak di lantai lorong-lorong. Kamar mayat penuh," kata dokter yang meminta tidak disebutkan namanya karena tak berwenang berbicara ke media.
Perdana Menteri Bah Oury dari Guinea mengutuk kekerasan tersebut dalam sebuah pernyataan pada X pada Minggu.
“Pemerintah menyesalkan insiden yang merusak pertandingan sepak bola antara tim Labe dan Nzerekore sore ini di Nzerekore,” kata Oury.
Menurutnya, pemerintah mengimbau agar tetap tenang.
“Agar layanan rumah sakit tidak terhambat dalam memberikan pertolongan pertama kepada korban luka,” kata Oury.
Baca Juga: Eks Presiden Brasil Jair Bolsonaro Didakwa Rencanakan Kudeta usai Kalah pada Pilpres 2022
Bentrok diduga bermula dari keputusan wasit yang memimpin pertandingan, yang diprotes salah satu tim. Para penonton pun kemudian turun ke tengah lapangan dan bentrok berdaraah pun tak bisa dihindarkan.
Pertandingan ini sebenarnya untuk menghormati pemimpin junta militer Guinea, Mamadi Doumbouya. Dia berkuasa setelah merebut kekuasaan dalam kudeta 2021 dan mengangkat dirinya sendiri sebagai presiden.
Turnamen semacam itu marak digelar di Guinea seiring ambisi Doumbouya maju ke pemilihan presiden yang rencananya bakal digelar tahun depan.
Guinea sendiri adalah negara yang sering dilanda kudeta. Presiden Doumbouya misalnya, seorang perwira militer yang berstatus presiden sementara (ad interim) dan naik ke tampuk kekuasaan setelah menggulingkan pemerintahan sebelumnya, Alpha Conde (2010-2021).
Selain Mamady Doumbouya, perwira militer yang pernah melakukan kudeta dan menjabat presiden adalah Moussa Dadis Camara (2008-2009).
Baca Juga: Simpanse Bunuh Bayi Manusia, Pusat Primata di Guinea Diserang Warga Sekitar
Setelah merdeka dari Prancis pada 1958, negara yang terletak di Afrika Barat ini dipimpin Sekou Touré menjadi hingga 1984. Dia kemudian dijatuhkan oleh Lansana Conté lewat sebuah kudeta.
Conté berkuasa selama 1984 sampai dengan 2008 dan beralih ke Aplha Conde. Tapi Conde digulingkan bahkan ditangkap pada 2021 dan diganti oleh presiden sekarang, Mamadi Doumbouya, yang kompetisi sepak bolanya menyebabkan kematian 100 orang.
Sumber : Kompas TV, AFP
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.