PYONGYANG, KOMPAS.TV – Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un menegaskan bahwa upaya diplomasi Pyongyang dengan Washington selama ini hanya menguatkan pandangan bahwa Amerika Serikat (AS) tetap menunjukkan sikap permusuhan yang tidak berubah terhadap negaranya.
Kim mengatakan bahwa Korea Utara telah mencapai batas dalam upaya negosiasi dengan AS.
Menurutnya, upaya tersebut tidak menunjukkan keinginan Washington untuk hidup berdampingan.
"Kami telah melangkah sejauh yang kami bisa dengan Amerika Serikat sebagai negosiator, dan apa yang kami yakini bukanlah kemauan negara adidaya untuk hidup berdampingan," ujar Kim dalam sebuah acara pameran pertahanan, Kamis (21/11/2024), seperti dilaporkan oleh media pemerintah Korea Utara, KCNA, dikutip dari Al Arabiya.
Pernyataan ini muncul menjelang kembalinya Donald Trump ke Gedung Putih.
Selama masa kepresidenannya, Trump sempat bertemu Kim dalam tiga pertemuan tingkat tinggi, termasuk pertemuan bersejarah di Singapura pada 2018.
Namun, perundingan tersebut gagal membawa hasil signifikan, terutama setelah pertemuan di Hanoi pada 2019 yang berakhir tanpa kesepakatan terkait denuklirisasi.
Baca Juga: Menteri SDA Rusia Bertamu ke Pyongyang, Kim Jong-un Serukan Kerja Sama Lebih Luas
Pameran pertahanan yang digelar di Pyongyang dan dihadiri Kim Jong Un itu menampilkan sejumlah senjata mutakhir, termasuk rudal balistik antarbenua (ICBM), rudal hipersonik, peluncur roket, dan drone.
Kim memperingatkan bahwa situasi di Semenanjung Korea kini berada pada titik yang sangat berbahaya.
“Belum pernah sebelumnya Semenanjung Korea menghadapi situasi yang dapat memicu perang nuklir paling destruktif,” ujarnya.
Dalam beberapa bulan terakhir, Korea Utara juga mempererat hubungan militernya dengan Rusia.
AS dan Korea Selatan kemudian menuding Pyongyang mengirim ribuan tentara untuk membantu Rusia dalam konflik di Ukraina.
Hubungan Trump dan Kim sempat menjadi sorotan dunia. Pada 2018, Trump menyebut bahwa ia dan Kim “jatuh cinta” setelah pertemuan mereka di Singapura.
Sebuah buku yang dirilis pada 2020 mengungkapkan Kim sering mengirimkan surat penuh pujian kepada Trump, menyebutnya sebagai “Yang Mulia” dan menyoroti hubungan pribadi mereka yang “spesial.”
Namun, hubungan tersebut tidak membawa perubahan berarti. Korea Utara menilai bahwa pergantian kepemimpinan di AS tidak memengaruhi sikap politik negara tersebut.
"Sekalipun pemerintahan mana pun berkuasa di AS, iklim politik yang kacau akibat pertikaian kedua partai tidak akan berubah dan, karenanya, kami tidak peduli dengan hal itu,” bunyi pernyataan pemerintah Korea Utara beberapa bulan lalu.
Baca Juga: Kim Jong-Un Kirim Tentara Korea Utara ke Rusia, Putin Malah Kirim Singa dan Beruang ke Pyongyang
Sumber : Al Arabiya
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.