JAKARTA, KOMPAS.TV - Donald Trump dipastikan menjadi presiden Amerika Serikat (AS) usai mengamankan ambang batas suara mayoritas sederhana pada Rabu (6/11/2024). Kendati belum resmi menjadi presiden, terdapat sejumlah kebijakan yang berpeluang diambil Trump dan berdampak ke Indonesia.
Trump sendiri pernah menjabat sebagai presiden AS periode 2017-2021. Selama menjabat di Gedung Putih, Trump mengeluarkan kebijakan yang memicu perang dagang dengan China dan berpengaruh ke berbagai negara di dunia.
Sebelum pemilihan, peneliti senior di lembaga American Enterprise Institute, Zack Cooper menilai Trump berpeluang menerapkan tarif impor global jika terpilih. Tarif tersebut dikhawatirkan memberi sinyal buruk bagi negara yang ingin menjalin hubungan dagang dengan AS, termasuk Indonesia.
Baca Juga: Hasil Pilpres AS 2024: Donald Trump Dipastikan Jadi Presiden Terpilih
”Indonesia secara khusus berharap pada investasi perdagangan. Saya benar-benar khawatir, jika Trump (terpilih) dan menetapkan tarif global 10 persen, hal itu akan mengirim pesan cukup buruk kepada Indonesia tentang kemauan AS memperdalam hubungan perdagangan,” kata Cooper dikutip Kompas.id, Senin (4/11).
Trump dikenal dengan kebijakan yang protektif terhadap produk-produk AS selama menjabat sebagai presiden. Peningkatan tarif impor yang diberlakukan dapat membuat produk ekspor Indonesia di AS semakin mahal dan kurang kompetitif.
Dilansir Antara, ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin berpendapat bahwa Trump cenderung akan mempersulit impor. Padahal, pasar AS adalah salah satu tujuan andalan bagi produk ekspor Indonesia.
Data Kementerian Perdagangan RI menunjukkan bahwa ekspor Indonesia ke AS mencapai 19,62 miliar dolar AS per April 2024. Produk utama yang diekspor adalah minyak kelapa sawit, ban karet, dan alas kaki.
Wijayanto pun mengingatkan bahwa pengetatan impor oleh Trump berpotensi mengalihkan arus impur produk asing. Wijayanto menilai pemerintah RI harus siap megantisipasi arus impor produk asing ke Indonesia jika Trump menjabat.
Di lain sisi, menurut Zack Cooper, Trump tetap akan menganggap negara-negara Asia Tenggara, termasuk Indonesia, sebagai mitra penting di kawasan.
”Ada hal baik dan hal buruk terkait dengan Trump (jika ia terpilih). Hal yang bagus terkait Trump adalah dia tidak akan mengajari Anda tentang demokrasi dan hak asasi manusia," sambung Cooper lagi.
"Hal-hal ini sudah semacam jadi insting Demokrat. Meski ada beberapa masalah dalam demokrasi kami (di AS), kami masih cenderung banyak bicara soal demokrasi dan HAM, termasuk di Asia Tenggara."
Kendati demikian, Cooper menilai dukungan AS untuk Israel yang kemungkinan berlanjut pada era Trump dapat mempersulit hubungan AS dengan Indonesia dan negara seperti Malaysia, Brunei Darussalam, dan Singapura. Menurutnya, hubungan baik sulit dijalin tanpa gencatan senjata di Jalur Gaza dan Lebanon.
Baca Juga: Donald Trump Jadi Presiden Terpilih AS, Ketua MPR Ahmad Muzani: Semoga Bisa Meredam Konflik
Sumber : Kompas.id, Antara, Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.