LAHORE, KOMPAS.TV — Polusi udara tertinggi terjadi di kota Lahore, yang dikenal sebagai pusat budaya di Pakistan.
Tingginya polusi membuat banyak orang dirawat di rumah sakit dan klinik swasta, Rabu (6/11/2024).
Sementara itu pihak berwenang memperingatkan bahwa karantina wilayah total dapat segera dilakukan jika penduduk tidak mengenakan masker dan tidak mengikuti panduan pemerintah lainnya terkait kabut asap.
Peringatan itu muncul setelah sebagian besar penduduk di Lahore, yang berjumlah 14 juta jiwa, terlihat tidak mengenakan masker.
Dokter mengatakan, sebagian besar orang mengeluh batuk atau merasa mata mereka terbakar.
Baca Juga: Suswono Ungkap Strategi Atasi Polusi di Jakarta, Tanam 3 Juta Pohon hingga Buat Industri Kreatif
"Puluhan ribu pasien yang menderita penyakit pernapasan dirawat di rumah sakit dan klinik dalam seminggu," kata Salman Kazmi, Wakil Presiden Asosiasi Medis Pakistan, seperti dikutip dari The Associated Press.
“Anda dapat melihat orang batuk ke mana pun Anda pergi, tetapi mereka masih jarang mengenakan masker,” tambahnya.
Lahore menjadi kota paling tercemar di dunia pada Rabu pagi, dengan indeks kualitas udara mencapai rekor tertinggi, yaitu lebih dari 1.100.
Indeks kualitas udara yang lebih dari 300 dianggap berbahaya bagi kesehatan.
Kabut asap beracun telah menyelimuti kota tersebut sejak bulan lalu.
Baca Juga: Polusi Udara Selimuti Ibu Kota, Warga Kiev Diminta Tetap di Dalam Rumah
Marriyum Aurangzeb, seorang menteri senior di provinsi Punjab meminta orang-orang untuk mengenakan masker wajah guna menghindari lockdown total di kota tersebut. Lahore adalah ibu kota provinsi tersebut.
Pihak berwenang di kota tersebut telah melarang memanggang makanan tanpa filter, serta penggunaan becak bermotor.
Selain itu gedung pernikahan harus tutup paling lambat pukul 10 malam.
Pemerintah mengatakan, mereka juga sedang mencari metode untuk mendorong hujan buatan guna mengatasi polusi.
Sumber : The Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.