KAZAN, KOMPAS.TV – Keanggotaan NATO tidak menjadi hambatan bagi sebuah negara untuk bergabung dengan BRICS.
Hal ini diungkapkan Juru Bicara Kremlin, Dmitry Peskov, dalam KTT BRICS di Kazan, Rusia, Rabu (23/10/2024). Ia menegaskan BRICS pada dasarnya tidak menetapkan syarat khusus bagi anggotanya.
"Jika dilihat dari sudut pandang BRICS dan pendekatan utamanya, tidak ada keberatan," kata Peskov kepada media NTV, saat ditanya mengenai peluang Turki untuk menjadi anggota BRICS.
Pernyataan Peskov ini muncul setelah Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyatakan keinginannya yang tulus untuk mengembangkan kerja sama dengan BRICS. Menteri Luar Negeri Turki Hakan Fidan juga mengonfirmasi ketertarikan Ankara untuk bergabung dengan organisasi tersebut.
Menurut Peskov, status keanggotaan di Uni Eropa juga tidak akan menjadi hambatan bagi sebuah negara untuk bergabung dengan BRICS. BRICS tidak menerapkan syarat-syarat kaku seperti yang diterapkan NATO dan Uni Eropa.
"Ini berbeda dengan NATO atau Uni Eropa yang sering membuat pilihan seperti 'kamu bersama Uni Eropa atau bersama Rusia', atau 'kamu di BRICS atau di NATO'. Tapi di BRICS, tidak ada yang mengatakan hal semacam itu, dan inilah yang membuat organisasi ini semakin menarik," jelasnya.
Peskov menekankan, BRICS tidak memiliki statuta atau perjanjian yang mengikat secara formal, melainkan didasarkan pada kemauan politik yang menyatukan negara-negara dengan visi pembangunan yang serupa, baik dalam aspek politik, ekonomi, maupun budaya.
“Yang paling penting adalah, di sini (BRICS) tidak ada ambisi hegemonik. Tidak ada satu negara pun yang berusaha menjadi tulang punggung organisasi,” kata Kremlin.
Baca Juga: Sekjen NATO: Turki yang Anggota NATO Berdaulat Penuh untuk Bekerja Sama dengan BRICS
Pada Selasa (22/10), Presiden Erdogan kembali menegaskan keinginannya untuk mempererat hubungan Turki dengan BRICS dalam pertemuan dengan pejabat Partai Keadilan dan Pembangunan (AK) di Ankara. Ia berharap pertemuan puncak BRICS di Kazan, Rusia, akan menjadi langkah penting bagi penguatan kerja sama ini.
Pertemuan puncak BRICS di Kazan berlangsung selama tiga hari, dihadiri oleh 22 kepala negara dan enam kepala organisasi internasional. Erdogan dijadwalkan hadir sebagai tamu pada Rabu (23/10).
Di sisi lain, Sekretaris Jenderal NATO Mark Rutte juga memuji peran penting Turki dalam aliansi tersebut, terutama di bagian tenggara NATO. Rutte, dalam sebuah pernyataan di Tallinn, Estonia, menekankan bahwa Turki memiliki hak berdaulat untuk bekerja sama dengan BRICS.
"Jangan lupa bahwa Turki adalah sekutu yang sangat penting. Mereka memiliki salah satu kekuatan militer yang paling lengkap di NATO dan memainkan peran vital dalam geografi aliansi ini," kata Rutte.
Rutte juga menggarisbawahi bahwa meskipun Turki terlibat dengan beberapa mitra BRICS, hal tersebut tidak mengurangi peran strategisnya dalam NATO.
“Meskipun akan selalu ada debat, Turki tetap menjadi sekutu yang sangat dihormati di NATO, dan kita semua merasa senang mereka adalah bagian dari kita,” tutupnya.
Sumber : Anadolu / BRICS 2024
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.