SEOUL, KOMPAS TV – Korea Utara mengumumkan telah menemukan puing-puing drone militer Korea Selatan yang jatuh, Jumat 18 Oktober 2024.
"Berdasarkan bentuk drone, perkiraan waktu penerbangan, serta adanya kotak penyebar selebaran yang terpasang di bagian bawah drone tersebut, sangat mungkin drone ini yang menyebarkan selebaran di pusat Kota Pyongyang. Namun, kesimpulan final belum dicapai," demikian pernyataan dari KCNA, Sabtu 19 Oktober 2024.
Juru bicara dari Biro Keamanan Kota Pyongyang, Kementerian Keamanan Publik DPRK atau Korea Utara melaporkan puing-puing drone tersebut ditemukan pada 13 Oktober di kawasan lingkungan No. 76, Sopho-dong No. 1, Distrik Hyongjesan, saat berlangsungnya operasi pencarian intensif di berbagai wilayah Pyongyang.
Pyongyang langsung memberi ultimatum, "Jika pelanggaran terhadap darat, laut, atau udara DPRK oleh sarana militer Korea Selatan ditemukan lagi dan dikonfirmasi, hal itu akan dianggap sebagai provokasi militer yang serius terhadap kedaulatan DPRK, sebuah deklarasi perang, dan serangan balasan akan segera dilancarkan."
Untuk mengusut lebih lanjut, sebuah tim investigasi gabungan dari Kementerian Pertahanan Nasional, Kementerian Keamanan Negara, serta sejumlah lembaga teknis terkait dibentuk guna melakukan pemeriksaan forensik terhadap puing-puing drone tersebut, ujar laporan KCNA.
Dari hasil pemeriksaan ilmiah, disimpulkan bahwa drone tersebut berasal dari Republik Korea (ROK).
Melalui analisis teknis, para ahli menyimpulkan drone tersebut merupakan "drone ringan untuk pengintaian jarak jauh" yang dikendalikan oleh "Komando Operasi Drone" militer Korea Selatan, dan jenis drone ini sama dengan yang pernah dipamerkan dalam acara Hari Angkatan Darat ROK.
Berdasarkan daya baterai dan sisa bahan bakar yang masih ada, para ahli memperkirakan drone ini mungkin telah diterbangkan lima hingga tujuh hari sebelumnya.
Baca Juga: Korea Utara Disebut Kirim 10.000 Tentara ke Rusia untuk Perang Ukraina, 1.500 Sampai di Vladivostok
Ditinjau dari bentuk drone, perkiraan waktu penerbangan, serta kotak selebaran yang terpasang di bagian bawah, sangat mungkin drone ini terlibat dalam penyebaran selebaran di pusat Pyongyang. Namun, kesimpulan akhir terkait hal tersebut belum diambil.
Jika keterlibatan drone dalam insiden penyebaran selebaran baru-baru ini dibantah, hal ini tetap akan menjadi bukti nyata pelanggaran serius terhadap wilayah udara Korea Utara oleh sarana militer Korea Selatan. Ini akan dilihat sebagai bagian dari rangkaian provokasi yang terus dilakukan oleh militer Korea Selatan.
Pihak Korea Selatan hingga saat ini menolak berkomentar apakah drone tersebut diterbangkan oleh militer atau warga sipilnya. Pemerintah Korea Selatan menyatakan, menanggapi klaim Korea Utara hanya akan masuk ke dalam jebakan politik Pyongyang.
DPRK adalah singkatan dari Democratic People’s Republic of Korea, nama resmi Korea Utara, sementara ROK adalah singkatan dari Republic of Korea, nama resmi Korea Selatan.
Kementerian Pertahanan Korea Selatan dalam sebuah pernyataan menegaskan, "Klaim sepihak Korea Utara tidak perlu diverifikasi dan tidak layak ditanggapi."
Ketegangan antara Korea Utara dan Korea Selatan meningkat sejak Korea Utara mulai menerbangkan balon-balon berisi sampah melintasi perbatasan menuju Korea Selatan pada akhir Mei. Sebagai balasan, Korea Selatan kembali mengaktifkan siaran propaganda dengan pengeras suara di perbatasan, yang semakin memperburuk hubungan kedua negara.
Belakangan ini, Korea Utara memperkeras retorika mereka dengan menuduh militer Korea Selatan menerbangkan drone di atas Pyongyang pada tiga hari di bulan Oktober dan memperingatkan akan adanya "bencana mengerikan" jika drone serupa terdeteksi lagi di wilayah udara mereka.
Sumber : KCNA / Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.