MOSKOW, KOMPAS.TV – Rusia berupaya meyakinkan negara-negara anggota BRICS untuk membangun platform alternatif bagi sistem pembayaran internasional yang tahan terhadap sanksi Barat.
Usulan ini akan dibawa ke Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) BRICS yang akan berlangsung di Kazan, Rusia pada 22-24 Oktober 2024.
Selain Brasil, Rusia, India, China, dan Afrika Selatan, kini BRICS beranggotakan Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab.
Presiden Rusia Vladimir Putin berambisi memperkuat BRICS untuk menjadi penyeimbang kuat bagi Barat dalam politik dan perdagangan global. Menurut Rusia, KTT BRICS menjadi bukti bahwa upaya Barat untuk mengisolasi Rusia telah gagal.
Rusia ingin negara-negara BRICS bekerja sama untuk merombak sistem keuangan global dan mengakhiri dominasi dolar Amerika Serikat (AS).
Salah satu inti dari usulan Rusia adalah menciptakan sistem pembayaran baru berbasis jaringan bank komersial yang terhubung melalui bank sentral BRICS.
Menurut dokumen Kementerian Keuangan dan Bank Sentral Rusia, seperti dilansir Bloomberg, Kamis (17/2024), sistem ini akan memanfaatkan teknologi blockchain untuk menyimpan dan mentransfer token digital yang didukung mata uang nasional masing-masing negara anggota.
Baca Juga: Xi Jinping ke Rusia Bulan Depan Hadiri KTT BRICS, Bawa Agenda Ini
Blockchain untuk Pembayaran Multivaluta
Sistem pembayaran yang diusulkan Rusia akan menggunakan teknologi blockchain untuk menyimpan dan mentransfer token digital yang didukung oleh mata uang nasional BRICS.
Teknologi ini akan memungkinkan pertukaran mata uang antarnegara dilakukan dengan mudah dan aman tanpa melalui transaksi berbasis dolar.
Rusia melihat ini sebagai solusi atas kesulitan yang kian meningkat dalam menyelesaikan pembayaran perdagangan, bahkan dengan negara-negara sahabat seperti China, yang mana bank-bank lokalnya khawatir terkena sanksi sekunder dari AS.
Baca Juga: Rusia Sebut BRICS Bisa Ciptakan Mata Uang Bersama
Keunggulan dan Tantangan Sistem Baru
Menurut Yaroslav Lissovolik, pendiri Brics+ Analytics, pembuatan sistem semacam ini secara teknis mungkin dilakukan, tetapi akan memakan waktu untuk diimplementasikan.
"Setelah ekspansi keanggotaan BRICS yang signifikan tahun lalu, mencapai konsensus di antara anggota mungkin lebih sulit," ujarnya.
Dokumen Rusia juga menegaskan bahwa sistem pembayaran multivaluta ini harus mampu "melindungi para pesertanya dari tekanan eksternal seperti sanksi ekstrateritorial."
Laporan ini juga menyebutkan kepentingan AS "tidak selalu sejalan dengan kepentingan peserta lain" dalam jaringan keuangan global.
Selain itu, proposal Rusia mencakup pembentukan pusat perdagangan bersama untuk komoditas seperti minyak, gas alam, gandum, dan emas.
Sumber : Bloomberg/Global Times/Anadolu/TASS
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.