ASHEVILLE, KOMPAS.TV — Hampir seminggu setelah Badai Helene membawa kehancuran di Carolina Utara bagian barat, Amerika Serikat, sebuah truk tangki baja tahan karat nan mengilap terlihat di pusat kota Asheville. Truk itu membawa wadah berupa galon, botol susu, dan ember untuk diisi dengan sumber daya yang kini begitu sulit didapatkan bagi korban badai: air minum.
Banjir telah merusak sistem air di kota tersebut. Begitu beratnya kerusakan infrastruktur, sehingga para pejabat mengatakan perbaikan dapat memakan waktu hingga berminggu-minggu.
Salah seorang warga bernama Anna Ramsey bersama kedua anaknya, terlihat membawa kantong plastik berisi 7,6 liter air, yang mereka dapatkan dari bantuan para sukarelawan.
"Kami tidak punya air. Kami tidak punya listrik. Namun, saya pikir kejadian ini akan membuat saya rendah hati," kata Ramsey seperti dikutip dari The Associated Press, Sabtu (5/10/2024)
Lintasan Badai Helene melalui wilayah Tenggara meninggalkan jejak pemadaman listrik yang begitu besar sehingga kegelapan dapat terlihat dari angkasa. Puluhan triliun liter air hujan turun dan lebih dari 200 orang tewas, menjadikan Helene sebagai badai paling mematikan yang melanda daratan AS sejak Katrina pada tahun 2005.
Baca Juga: Korban Topan Yagi di Vietnam Hampir 200 Orang, Badai Kuat Disebut Terkait Penghangatan Laut
Ratusan orang masih belum diketahui keberadaannya hingga kini, dan kru pencarian harus berjalan susah payah melewati puing-puing setinggi lutut untuk mengetahui apakah penduduk selamat.
Badai ini juga merusak fasilitas air dengan sangat parah dan di wilayah pedalaman yang begitu luas. Hingga Kamis, sekitar 136.000 orang dilayani oleh penyedia air yang tidak beroperasi dan lebih dari 1,8 juta orang hidup di bawah anjuran merebus air mentah untuk diminum.
Carolina Utara Barat sangat terpukul. Para pejabat menghadapi tugas pembangunan kembali yang sulit yang dipersulit oleh lembah-lembah Blue Ridge Mountains yang curam dan sempit.
“Tantangan geografi adalah berkurangnya jumlah jalan, titik akses, dan berkurangnya area tanah datar untuk menampung sumber daya,” kata Brian Smith, penjabat wakil direktur divisi untuk divisi air EPA di Tenggara.
Baca Juga: Apa Beda La Nina dan El Nino? Ternyata Bukan Badai Tropis atau Badai Topan lho, Ini Kata BMKG
Setelah berhari-hari hidup kesulitan air, warga mendambakan rutinitas harian yang sederhana seperti mandi dengan spons.
“Saya ingin sekali mandi,” kata Sue Riles di Asheville. “Air mengalir akan terasa sangat luar biasa.”
Banjir Helene yang dahsyat menghancurkan bagian-bagian penting sistem air Asheville, menggerus pipa-pipa yang mengalirkan air dari reservoir di pegunungan di atas kota yang merupakan sumber air terbesar dari tiga sumber air untuk sistem tersebut. Untuk mencapai reservoir kedua yang terputus, jalan harus dibangun kembali.
Sumber : The Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.