NEW YORK, KOMPAS.TV – Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi menyerukan pentingnya "kepemimpinan tanpa hegemoni" dalam menghadapi tantangan global yang semakin kompleks.
Hal itu dia sampaikan saat berpidato dalam Sidang Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) ke-79, Sabtu (28/9/2024).
Retno menekankan posisi Indonesia sebagai negara yang selalu membela kepentingan negara-negara Selatan, terutama Palestina, dan mengutuk tindakan Israel yang terus melanggar hukum internasional.
Indonesia Tegas Mendukung Palestina
Dalam pidatonya, Retno menyampaikan, Indonesia tidak akan tinggal diam terhadap ketidakadilan yang terus dialami oleh rakyat Palestina.
Ia menyebutkan, lebih dari 41 ribu orang di Gaza telah tewas, dan situasi di Tepi Barat serta Lebanon semakin memburuk.
Baca Juga: Pembunuhan Hassan Nasrallah dan Dampaknya terhadap Situasi Timur Tengah serta Hizbullah
"Apakah itu belum cukup?" tegas Retno, mengkritik Dewan Keamanan PBB yang dianggap lambat bertindak terhadap kekejaman yang dilakukan oleh Israel.
Dia juga menanggapi pernyataan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang menyebut Israel "menginginkan perdamaian."
Retno dengan tegas meragukan hal tersebut, dengan menunjukkan fakta bahwa pada saat Netanyahu berbicara, serangan udara besar-besaran terjadi di Beirut.
"Perdana Menteri Netanyahu ingin perang terus berlanjut," kata Retno, dikutip dari keterangan Kementerian Luar Negeri RI.
"Kita harus menghentikan ini."
Seruan untuk Mengakui Palestina Merdeka dan Berdaulat
Retno Marsudi kembali menyerukan kepada negara-negara yang belum mengakui Palestina sebagai negara berdaulat, untuk segera melakukannya.
Menurutnya, pengakuan tersebut adalah langkah paling dasar yang dapat dilakukan untuk memberikan Palestina kedudukan yang setara di panggung dunia dan menekan Israel agar menghentikan tindakan brutalnya.
Ia menekankan, pengakuan Palestina hari ini adalah investasi untuk dunia yang lebih damai, adil, dan manusiawi di masa depan.
Indonesia juga mendesak anggota tetap Dewan Keamanan PBB untuk bertindak nyata menghentikan Israel yang terus-menerus melanggar hukum internasional.
Menlu Retno mengatakan mandat Dewan Keamanan adalah menciptakan perdamaian, bukan mendukung pelaku kekejaman.
"Tidak bertindak sama dengan bersekongkol," katanya.
Baca Juga: Menlu Retno Sindir Netanyahu di Sidang Umum PBB: Bagaimana Kita Percaya Israel Mendamba Perdamaian?
Kepemimpinan Indonesia untuk Negara-Negara Selatan
Retno mengingatkan dunia bahwa di mana pun Indonesia berada, negara ini selalu membawa suara negara-negara Selatan.
Sejak Konferensi Asia-Afrika di Bandung pada 1955, semangat solidaritas dan kesetaraan terus hidup, menginspirasi perjuangan negara-negara berkembang untuk memperoleh hak-hak mereka, termasuk hak untuk berkembang.
Indonesia, menurut Retno, telah menunjukkan kepemimpinan global melalui tindakan nyata, seperti ketika memimpin presidensi G20 pada 2022 dan menjaga agar forum tersebut tidak runtuh di tengah ketegangan geopolitik.
Indonesia juga aktif memimpin dalam isu-isu kesehatan global, seperti melalui pendirian Dana Pandemi dan memastikan akses vaksin yang merata melalui COVAX.
Investasi pada Perempuan sebagai Investasi untuk Perdamaian
Dalam pidatonya, Retno menekankan pentingnya pemberdayaan perempuan dalam mencapai perdamaian dunia.
"Berinvestasi pada perempuan adalah berinvestasi untuk perdamaian," ujarnya.
Indonesia, melalui agenda Women, Peace, and Security, telah berkontribusi dalam memperkuat peran perempuan dalam membangun perdamaian, termasuk memajukan akses pendidikan bagi perempuan dan anak perempuan di Afghanistan.
Retno menegaskan, pemberdayaan perempuan adalah kunci untuk kesejahteraan bersama dan bahwa perempuan yang diberdayakan mampu mendorong perdamaian dan kemakmuran bagi semua.
Baca Juga: Respons Menlu Retno atas Pembunuhan Pemimpin Hizbullah Hassan Nasrallah
Tiga Prioritas untuk Dunia yang Lebih Baik
Retno menggarisbawahi tiga prioritas utama yang harus dijalankan dunia untuk mencapai masa depan yang lebih baik:
Retno menyebut ASEAN sebagai contoh nyata bagaimana keberagaman bisa berdampingan dengan stabilitas, perdamaian, dan kemakmuran.
Dia mengatakan Indonesia terus bekerja dengan ASEAN untuk memulihkan perdamaian di Myanmar dan memastikan kembalinya warga Rohingya secara aman dan bermartabat.
Di akhir pidatonya, Menlu Retno mengumumkan pencalonan Indonesia untuk menjadi anggota tidak tetap Dewan Keamanan PBB periode 2029-2030.
Ia menegaskan, komitmen Indonesia terhadap perdamaian dan keamanan global akan terus dijaga oleh pemerintahan yang akan datang.
"Kepemimpinan tidak diwariskan, dan tidak jatuh dari langit. Itu harus diperjuangkan," ujar Retno, menutup pidatonya dengan seruan untuk bersama-sama membangun warisan perdamaian bagi generasi mendatang.
Sumber : Kemlu RI
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.