Kompas TV internasional kompas dunia

Trump Akan Bertemu Zelenskyy, Sebut Kesepakatan dengan Rusia Lebih Baik daripada Situasi Saat Ini

Kompas.tv - 27 September 2024, 13:20 WIB
trump-akan-bertemu-zelenskyy-sebut-kesepakatan-dengan-rusia-lebih-baik-daripada-situasi-saat-ini
Calon presiden Amerika Serikat dari Partai Republik, mantan Presiden Donald Trump, berpidato di Trump Tower di New York, Kamis, 26 September 2024. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Edy A. Putra

NEW YORK, KOMPAS.TV - Calon presiden Amerika Serikat (AS) dari Partai Republik yang juga mantan presiden, Donald Trump, dijadwalkan bertemu Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy saat ketegangan antara keduanya meningkat terkait dukungan AS untuk pertahanan Ukraina di tengah invasi Rusia. 

Trump menyatakan pertemuan ini adalah permintaan Zelenskyy. Mereka dijadwalkan bertemu di Trump Tower, New York, pada Jumat (27/9/2024) pukul 9:45 pagi waktu setempat.

Pertemuan itu berlangsung hanya sehari setelah Wakil Presiden AS Kamala Harris, calon presiden dari Partai Demokrat yang menjadi lawan Trump, bertemu Zelenskyy dan menyampaikan dukungan penuh tanpa syarat. 

"Saya menantikan pertemuan dengannya besok," kata Trump dalam sebuah konferensi pers, Kamis (26/9/2024).

Baca Juga: Serangan Rudal dan Drone Rusia Hajar Kiev Selama 5 Jam, Hantam Jaringan Listrik Ukraina

"Saya yakin saya bisa membuat kesepakatan antara Presiden (Rusia Vladimir) Putin dan Presiden Zelenskyy dengan cepat."

Pertemuan ini sangat dinantikan, terutama karena semakin dekatnya hari pemilihan presiden AS, di mana Trump dan Harris mengambil sikap yang sangat berbeda terkait dukungan AS untuk Ukraina dalam tahun ketiga perangnya melawan Rusia.

Trump berpendapat Putin tidak akan menginvasi Ukraina jika dia masih menjabat sebagai presiden, sambil mengejek Zelenskyy sebagai "salesman" atau pramuniaga yang berhasil mendapatkan bantuan AS.

Trump dalam beberapa hari terakhir memuji kemenangan militer Rusia dalam sejarah dan bersikeras mengatakan AS perlu "keluar" dan menghentikan keterlibatannya dengan Ukraina.

Pertemuan pada Jumat hampir tidak terjadi, meskipun kantor Zelenskyy mengatakan ada rencana pertemuan selama kunjungan Zelenskyy ke Sidang Umum PBB, di mana dia menyampaikan langkah-langkah akhir kepada sekutu-sekutunya.

Dalam wawancara dengan The New Yorker yang diterbitkan awal minggu ini, Zelenskyy menyiratkan Trump tidak memahami dan menyederhanakan konflik Ukraina dan Rusia.

Presiden Ukraina tersebut mengatakan pasangan Trump dalam pemilihan presiden, JD Vance, terlalu radikal dan pada dasarnya mendukung Ukraina untuk "mengorbankan" wilayahnya dengan "menyerahkannya" kepada Rusia.

Baca Juga: Trump: Ukraina Sekarang Hancur, Harusnya Menyerah pada Tuntutan Rusia sebelum Serangan 2022

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy menyampaikan pidato pada sidang ke-79 Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, Rabu, 25 September 2024, di markas besar PBB. (Sumber: AP Photo)

Pernyataan Trump yang menggambarkan Ukraina dengan nada muram pada Rabu (25/9/2024), semakin memperjelas pertanyaan mengenai seberapa banyak dia akan bersedia berkompromi dalam negosiasi tentang masa depan Ukraina, jika terpilih kembali. 

Trump berpendapat Ukraina seharusnya membuat konsesi dengan Putin sebelum invasi Rusia pada Februari 2022 terjadi. Dia menyatakan bahkan "kesepakatan terburuk akan lebih baik daripada situasi kita saat ini."

"Kesepakatan apa yang bisa kita buat sekarang? Semuanya hancur," tambahnya.

"Orang-orangnya sudah mati. Negaranya dalam reruntuhan."

"Kesepakatan apa pun, bahkan yang terburuk, akan lebih baik daripada apa yang kita miliki sekarang," kata Trump.

Baca Juga: Kamala Harris Kecam Saran Agar Zelenskyy Menyerah ke Rusia, Hantam Trump Secara Tak Langsung

"Jika mereka membuat kesepakatan buruk, itu masih lebih baik. Mereka mungkin menyerahkan sedikit wilayah, tapi semua orang akan tetap hidup, setiap bangunan akan dibangun kembali, dan setiap menara akan berdiri kokoh untuk 2.000 tahun ke depan."

Sementara Kamala Harris, Kamis, berdiri di samping Zelenskyy dan mengatakan dorongan Trump agar Ukraina segera membuat kesepakatan untuk mengakhiri perang, bukanlah "proposal untuk perdamaian," tetapi "proposal untuk menyerah."

Trump dengan tegas menyatakan dia tidak mendorong Ukraina untuk menyerah.

Meskipun Trump dan Vance telah lama skeptis tentang dukungan AS untuk Ukraina, sekutu-sekutu Partai Republik lainnya justru mendukung Kiev dalam upayanya melawan invasi Rusia dan berpendapat bahwa membantu Ukraina adalah kepentingan AS.

Salah satu sekutu Ukraina yang juga pendukungTrump adalah Senator Lindsey Graham. Dalam pertemuan tertutup yang dihadiri Zelenskyy bersama para senator di Capitol Hill pada Kamis, Graham mengungkapkan dia telah berbicara dengan Trump mengenai presiden Ukraina itu, menurut seorang sumber yang akrab dengan situasi tersebut.

Graham mengatakan kepada para peserta pertemuan bahwa dia akan berbicara secara pribadi dengan Zelenskyy tentang percakapannya dengan Trump. Setelah pertemuan selesai, Graham menarik Zelenskyy untuk berbicara empat mata.

Baca Juga: Fakta Bom Berpemandu Rusia Ubrak-abrik Ukraina, Bikin Zelenskyy Panik Cari Bantuan

Capres Partai Demokrat, Wakil Presiden Kamala Harris, berbicara selama debat presiden dengan calon presiden dari Partai Republik, mantan Presiden Donald Trump, di National Constitution Center, Selasa, 10 September 2024, di Philadelphia. (Sumber: AP Photo)

Graham dikenal dekat dengan Trump meskipun hubungan mereka kadang naik turun, dan dia sering berperan sebagai perantara dalam berbagai isu. Dia tidak memberikan komentar pada Kamis.

Trump, yang selama ini kritis terhadap bantuan AS untuk Ukraina, sering kali menyatakan Rusia tidak akan pernah menginvasi Ukraina jika dia menjadi presiden, dan dia akan mengakhiri perang jika terpilih kembali. Namun, dia jarang membahas konflik ini secara mendetail.

Zelenskyy saat ini sedang berusaha mengajukan rencana kemenangan kepada Gedung Putih, yang diharapkan mencakup permintaan untuk izin menggunakan senjata jarak jauh Barat untuk menyerang sasaran di wilayah Rusia.

Sementara Ukraina telah melampaui banyak ekspektasi yang mengatakan negara itu akan jatuh ke tangan Rusia dengan cepat.

Baca Juga: AS Ngamuk Putin Bakal Legitimasi Serangan Nuklir ke Ukraina, Kutuk Upaya Ubah Doktrin Nuklir Rusia

Pasukan Ukraina yang kalah jumlah, kini menghadapi pertempuran berat melawan salah satu tentara terkuat di dunia di wilayah timur Ukraina. Ukraina telah kehilangan seperlima wilayahnya dan puluhan ribu nyawa dalam konflik ini.

Trump menyalahkan Presiden Joe Biden dan Wakil Presiden Kamala Harris atas konflik ini. Dia mengatakan Biden "memicu semuanya" dengan berjanji membantu Ukraina mempertahankan diri, bukan mendorong negara itu untuk menyerahkan wilayahnya kepada Rusia.

"Biden dan Kamala membiarkan ini terjadi dengan memberi Zelenskyy uang dan amunisi seperti yang belum pernah terjadi sebelumnya," kata Trump.

Yang cukup menarik, Trump tidak menyerang alasan Putin melancarkan invasi, hanya menyatakan presiden Rusia itu tidak akan memulai perang jika ia yang menjadi presiden AS. Namun, dia menambahkan, "Putin bukan malaikat."


 




Sumber : Associated Press




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x