MOSKOW, KOMPAS.TV – Kremlin mendesak warga negaranya di Lebanon untuk segera meninggalkan negara tersebut karena alasan keamanan, Rabu (25/9/2024).
Kedutaan Besar Rusia dan misi diplomatik lainnya di Lebanon sedang bekerja keras untuk menginformasikan sekitar 3.000 warga Rusia yang tinggal di Lebanon tentang peringatan dan rekomendasi yang ada, ungkap juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, dalam konferensi pers di Moskow.
"Semua langkah sedang diambil untuk merekomendasikan agar warga kami segera meninggalkan wilayah Lebanon dengan menggunakan sarana transportasi komersial yang tersedia. Hal ini penting demi menjamin keselamatan mereka," kata Peskov.
Pada 24 September, Moskow mengutuk keras serangan militer besar-besaran Israel terhadap Lebanon, kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia, Maria Zakharova, dalam sebuah pernyataan.
Diplomat tersebut menekankan bahwa eskalasi terbaru di Lebanon sangat mengkhawatirkan. "Pada 23 September, pimpinan Israel mengumumkan bahwa IDF (Pasukan Pertahanan Israel) telah melancarkan operasi ofensif yang disebut Panah Utara, yang bertujuan untuk melemahkan infrastruktur militer gerakan Hizbullah."
Angkatan Udara Israel melancarkan serangan udara besar-besaran di seluruh Lebanon, dengan sasaran puluhan permukiman di selatan dan timur negara tersebut.
"Hizbullah merespons dengan meningkatkan serangan roket ke fasilitas militer di Israel," tambahnya.
"Kami mengutuk keras serangan militer besar-besaran terhadap Lebanon. Kami ingin menekankan posisi prinsipil kami tentang tidak bolehnya serangan sembarangan yang menargetkan warga sipil," tegas diplomat tersebut.
Baca Juga: Rusia Kutuk Serangan Israel ke Lebanon yang Tewaskan Ratusan Korban Sipil
Serangan udara mematikan yang dilancarkan Israel sejak Senin pagi telah menewaskan hampir 590 orang dan melukai lebih dari 1.800 lainnya, menurut otoritas kesehatan Lebanon.
Hizbullah dan Israel telah terlibat dalam perang lintas batas sejak dimulainya perang Israel di Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 41.400 orang, sebagian besar wanita dan anak-anak, akibat serangan balasan dari kelompok Palestina, Hamas, pada bulan Oktober lalu.
Pasukan Israel meningkatkan serangan mereka di Lebanon, mengabaikan peringatan dari komunitas internasional bahwa mereka berisiko menyebarkan konflik Gaza ke wilayah lain.
Sementara itu, ketika ditanya tentang pemilu presiden AS yang akan datang, Peskov mengatakan Rusia memiliki agenda sendiri, dan seharusnya pemilih Amerika yang memikirkan isu tersebut, bukan Moskow.
"Pertarungan politik di sana sangat keras. Tapi percayalah, ini bukan prioritas utama bagi kami," tambahnya.
Pemilihan presiden AS akan diadakan pada 5 November, dengan Donald Trump dari Partai Republik dan Kamala Harris dari Partai Demokrat sebagai kandidat.
Sumber : TASS
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.