MANILA, KOMPAS.TV – Filipina dan Amerika Serikat (AS) sepakat memperpanjang keberadaan sistem rudal canggih AS di Filipina utara.
Meski China terus menyuarakan kekhawatiran, sistem rudal ini tetap berada di sana tanpa batas waktu untuk memperkuat pertahanan Filipina. Hal ini diungkapkan dua pejabat Filipina, Rabu (25/9/2024).
Pada bulan April lalu, Angkatan Darat AS membawa sistem rudal Typhon ke Filipina untuk latihan tempur bersama dengan militer Filipina. Rudal ini bisa menembakkan Rudal Standar-6 dan Tomahawk, senjata yang mampu menjangkau lebih dari 1.600 kilometer, menjadikan China sebagai target potensial. Walaupun latihan tempur telah usai, Filipina masih mempertimbangkan untuk tetap menempatkan rudal tersebut hingga tahun depan.
Meskipun sebelumnya dijadwalkan untuk dipindahkan pada akhir bulan ini, ada kemungkinan sistem rudal ini bertahan hingga April tahun depan, ketika Filipina dan AS akan menggelar latihan tempur Balikatan, yang berarti bahu-membahu dalam bahasa Tagalog.
China berkali-kali memperingatkan bahwa keberadaan rudal ini dapat mengganggu stabilitas kawasan. Namun, Menteri Pertahanan Filipina Gilberto Teodoro Jr. dengan tegas menolak campur tangan China.
"China khawatir? Itu urusan internal kami, mereka jangan ikut campur!" tegas Teodoro kepada wartawan.
"Kenapa mereka tidak menghancurkan senjata nuklir mereka dulu sebelum ngomong ke kita? Hapus rudal balistik mereka dan keluar dari Laut Filipina Barat dan Karang Mischief," tambahnya.
"Jangan melempar batu jika Anda tinggal di rumah kaca," tegas Teodoro.
Baca Juga: Pasukan AS Sebut Punya Berbagai Opsi untuk Bantu Filipina Hadapi Agresi di Laut China Selatan
Pernyataan keras ini merujuk pada perebutan Karang Mischief oleh China pada tahun 1995, yang kini telah menjadi salah satu pangkalan militer mereka di Laut Filipina Barat, atau dikenal juga sebagai Laut Cina Selatan.
Jenderal Romeo Brawner Jr., Panglima Militer Filipina, juga mendukung perpanjangan keberadaan sistem rudal Typhon di negaranya. "Kalau saya boleh pilih, saya ingin Typhon tetap di sini selamanya. Kita butuh rudal itu buat pertahanan," katanya.
Namun, sikap ini ditentang keras oleh China. Dalam pertemuan antara Menteri Luar Negeri Filipina Enrique Manalo dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi bulan lalu, Wang menyampaikan kekhawatiran serius soal sistem rudal AS di Filipina. Wang memperingatkan bahwa rudal tersebut bisa "mengganggu stabilitas" di kawasan.
Namun, Manalo menegaskan rudal tersebut hanya bersifat sementara. "Keberadaan rudal ini tidak merusak stabilitas kawasan, dan hanya sementara," ujarnya.
Meski sistem rudal ini didatangkan ke Filipina untuk latihan tempur, pejabat militer Filipina dan AS menegaskan bahwa rudal tersebut tidak digunakan selama latihan.
China telah lama menentang peningkatan keberadaan militer AS di kawasan Asia, termasuk di Filipina. Mereka mengeklaim bahwa hal ini bisa memicu konflik dan mengancam perdamaian. Namun, AS dan Filipina tidak tinggal diam.
Keduanya mengutuk keras tindakan agresif China yang terus memperkuat klaim wilayah di Laut Filipina Barat, wilayah yang menjadi pusat bentrokan antara penjaga pantai Filipina dan kapal-kapal China selama setahun terakhir.
Selain China dan Filipina, negara-negara lain seperti Vietnam, Malaysia, Brunei, dan Taiwan juga memiliki klaim di perairan ini, yang merupakan jalur penting bagi perdagangan dunia. Laut ini juga dipercaya menyimpan cadangan minyak dan gas yang sangat besar di bawah lautnya.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.