BEIRUT, KOMPAS TV - Ibrahim Aqil, komandan Hizbullah yang menjadi target serangan Israel pada 20 September 2024 di Beirut, adalah salah satu pemimpin senior kelompok bersenjata Lebanon yang didukung Iran.
Kementerian Kesehatan Lebanon melaporkan setidaknya 14 orang tewas dan puluhan lainnya terluka dalam serangan tersebut, meski belum jelas apakah Aqil termasuk di antara korban.
Melansir Al Jazeera, Sabtu (21/9/2024), Hizbullah mengonfirmasi kematian Aqil pada Jumat (20/9) beberapa jam setelah Israel mengeklaim telah menewaskan komandan senior organisasi paramiliter Lebanon itu.
Diperkirakan berusia 60-an tahun, Aqil selamat dari beberapa upaya pembunuhan, dan Pemerintah Amerika Serikat (AS) menawarkan hadiah jutaan dolar untuk penangkapannya.
Ia merupakan anggota Hizbullah sejak kelompok ini didirikan pada 1980-an dan menjabat di Dewan Jihad, badan militer tertinggi kelompok tersebut.
Mengutip New York Times, dalam dua dekade terakhir, Israel telah menewaskan banyak anggota Dewan Jihad, yang merupakan penasihat terdekat pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah.
Pejabat AS menuduh Aqil terlibat dalam dua serangan bom pada tahun 1983 yang menewaskan lebih dari 350 orang di Kedutaan Besar AS di Beirut dan markas Korps Marinir AS, banyak di antaranya adalah warga negara AS.
Pada tahun 2023, Departemen Luar Negeri AS menawarkan hadiah hingga $7 juta untuk informasi yang mengarah pada identifikasi, lokasi, penangkapan, atau hukuman bagi Aqil. Ia juga dituduh memimpin penculikan sandera asal AS dan Jerman di Lebanon pada tahun 1980-an.
Baca Juga: Komandan Militer Hizbullah Kembali Terbunuh oleh Israel, Perang Penuh Sudah di Depan Mata
Laksamana Muda Daniel Hagari, juru bicara militer Israel, menyebut Aqil sebagai kepala direktorat operasi militer Hizbullah dan komandan de facto unit elite Radwan.
Ia bertanggung jawab mengawasi unit misil anti-tank dan operasi pertahanan udara Hizbullah, antara lain.
“Aqil memiliki banyak darah di tangannya,” ujar Hagari dalam konferensi pers. “Ia bertanggung jawab atas kematian banyak warga sipil dan orang tidak bersalah.”
Sumber : New York Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.