JAKARTA, KOMPAS.TV – Dalam sebuah pertemuan Dewan Keamanan PBB pada Rabu (5/9/2024) lalu, Riyad Mansour, Duta Besar Palestina untuk PBB, mengeluarkan tuduhan serius terhadap Israel. Ia menuduh negara tersebut berusaha memaksakan penyelesaian konflik Gaza melalui jalan militer.
"Israel tengah melancarkan serangan besar-besaran terhadap rakyat Palestina dengan tujuan melenyapkan sebuah bangsa," ujar Mansour dalam pidatonya.
Mansour juga menyebut Israel menggunakan taktik “genosida” dan “apartheid” untuk mencapai ambisi kolonialnya. Tuduhan tersebut sejalan dengan laporan Antara pada Rabu (11/9/2024).
Ia menekankan rakyat Palestina mengalami penderitaan seperti "penghinaan, pemindahan paksa, kehancuran, kerusakan, dan kematian" yang terjadi dalam skala yang belum pernah terlihat sejak peristiwa Nakba.
Baca Juga: Apa Itu Nakba? Pembersihan Etnis di Palestina yang Tidak Bermula atau Berakhir pada 1948
Pada bulan Mei 1948, berdirinya negara Israel menyebabkan lebih dari 750.000 warga Palestina terusir dari tanah mereka dalam tragedi yang dikenal sebagai Nakba, atau "Bencana Besar."
Menurut Mansour, "Alih-alih mengakhiri Nakba, para pemimpin ekstremis fasis Israel sekarang berusaha membawanya ke puncak akhir: Palestina tanpa warga Palestina."
Serangan militer Israel di Tepi Barat dan Yerusalem Timur sejak Oktober tahun lalu telah mengakibatkan lebih dari 700 warga Palestina terbunuh, termasuk lebih dari 150 anak-anak. Selain itu, 6.000 warga Palestina lainnya mengalami luka-luka.
Sementara itu, di Jalur Gaza, lebih dari 41.000 warga Palestina, sebagian besar perempuan dan anak-anak telah tewas, dan hampir 94.400 lainnya terluka sejak serangan Israel dimulai pada 7 Oktober tahun lalu.
Save the Children, sebuah lembaga bantuan asal Inggris, mengungkapkan bahwa serangan tersebut juga menyebabkan lebih dari 15.000 anak-anak tewas di Gaza, dan 21.000 anak lainnya dinyatakan hilang. Banyak dari anak-anak yang hilang tersebut diyakini terkubur di bawah reruntuhan, tertahan di penjara Israel, atau terluka parah akibat bahan peledak.
Blokade Israel yang masih berlanjut hingga saat ini juga menyebabkan kelangkaan makanan, air bersih, serta obat-obatan, memperparah kondisi kehidupan warga Palestina di Gaza.
Baca Juga: 76 Tahun Peringatan Nakba: Mengenang Yasser Arafat, Mengetuk Hati Dunia
Sejarah Panjang Nakba Palestina
Peristiwa Nakba yang terjadi pada tahun 1948 menjadi tonggak awal dari konflik panjang antara Palestina dan Israel. Kata Nakba, yang dalam bahasa Arab berarti "bencana," mengacu pada pengusiran massal warga Palestina yang terjadi bersamaan dengan deklarasi berdirinya negara Israel.
Sejak awal abad ke-20, ketegangan antara komunitas Yahudi dan Arab Palestina terus meningkat, terutama setelah Inggris mengeluarkan Deklarasi Balfour pada tahun 1917, yang menjanjikan dukungan bagi terbentuknya "tanah air nasional bagi orang Yahudi" di wilayah Palestina.
Arus imigrasi Yahudi yang meningkat memperburuk hubungan kedua komunitas ini. Gerakan Zionis yang semakin kuat pada akhirnya memicu terjadinya pemberontakan besar di Palestina antara 1936 hingga 1939.
Selama periode tersebut, ribuan warga Palestina tewas atau terluka akibat tindakan represif pasukan Inggris. Meski Inggris sempat mengeluarkan White Paper 1939 untuk membatasi imigrasi Yahudi, komunitas Yahudi tetap melanjutkan perjuangan mereka untuk mendirikan negara sendiri.
Sumber : Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.