Kompas TV internasional kompas dunia

Rencana Serangan di Konser Taylor Swift yang Gagal Awalnya Targetkan Bunuh Puluhan Ribu Orang

Kompas.tv - 29 Agustus 2024, 20:28 WIB
rencana-serangan-di-konser-taylor-swift-yang-gagal-awalnya-targetkan-bunuh-puluhan-ribu-orang
Taylor Swift di Stadion Wembley dalam Eras Tour-nya, 21 Juni 2024, di London. Sebuah rencana serangan besar-besaran yang ditargetkan pada konser Taylor Swift di Wina awal bulan ini berhasil digagalkan oleh CIA. (Sumber: AP Photo)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Vyara Lestari

BERLIN, KOMPAS.TV – Sebuah rencana serangan besar-besaran yang ditargetkan pada konser Taylor Swift di Wina awal bulan ini berhasil digagalkan oleh CIA. 

Tersangka di balik plot ini, yang diduga memiliki hubungan dengan kelompok ISIS, berencana membunuh puluhan ribu orang yang hadir.

Wakil Direktur CIA, David Cohen, mengungkapkan bahwa rencana ini terungkap setelah intelijen Amerika Serikat (AS) memberikan informasi krusial kepada otoritas Austria, yang kemudian melakukan penangkapan. 

“Mereka merencanakan pembunuhan massal, puluhan ribu orang di konser ini, termasuk banyak warga Amerika,” kata Cohen dalam pertemuan tahunan Intelligence and National Security Summit di Maryland. "Berkat informasi yang kami berikan, Austria berhasil mencegah tragedi besar ini."

Rencana serangan ini melibatkan seorang pemuda Austria berusia 19 tahun yang terinspirasi oleh ISIS. 

Ia berniat menyerang para penggemar di luar stadion menggunakan pisau atau bahan peledak rakitan, di mana sekitar 30.000 orang diperkirakan akan berkumpul, sementara 65.000 lainnya berada di dalam stadion.

Baca Juga: Konser Taylor Swift di Austria Dibatalkan usai 2 Tersangka Teror Bom Ditangkap

Penggemar penyanyi Taylor Swift, yang disebut Swifties, tiba di Stadion Wembley di London, Kamis, 15 Agustus 2024 untuk konser pertama dari lima konser Eras Tour Taylor Swift. (Sumber: AP Photo)

Dalam penggerebekan di rumah tersangka, ditemukan bahan kimia dan perangkat teknis yang diduga akan digunakan untuk serangan tersebut. 

Menteri Dalam Negeri Austria, Gerhard Karner, menegaskan bahwa bantuan dari lembaga intelijen asing sangat penting karena keterbatasan hukum Austria dalam melakukan penyadapan pesan teks.

Pengacara tersangka menyebut tuduhan ini sebagai "reaksi berlebihan" dari otoritas Austria dan menuduh mereka membesar-besarkan kasus ini untuk mendapatkan kekuasaan pengawasan baru.




Sumber : Associated Press




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x