BEIJING, KOMPAS.TV - Pemerintah China mendesak warganya untuk meninggalkan Lebanon usai serangan Israel membunuh pejabat tinggi Fatah, partai politik Palestina, Rabu (21/8/2024).
Kedutaan Besar China di Beirut menyatakan situasi keamanan di Lebanon kompleks dan mendesak warganya meninggalkan negara itu sesegera mungkin.
"Belakangan ini, situasi di perbatasan Lebanon-Israel terus menegang dan keadaan keamanan di Lebanon sangat berat dan kompleks," kata Kedutaan Besar China di Beirut dalam sebuah pernyataan, Kamis (22/8/2024), dikutip Al Jazeera.
"Ambil kesempatan saat penerbangan komersial masih beroperasi untuk kembali ke China atau tinggalkan negara ini sesegera mungkin."
Baca Juga: Hizbullah Tembakkan Puluhan Roket ke Dataran Tinggi Golan, Balas Serangan Israel di Lebanon
Berbagai negara telah menyerukan agar warga negaranya meninggalkan Lebanon seiring eskalasi konflik antara Israel dan Hizbullah, organisasi politik dan paramiliter Lebanon.
Kedua pihak telah bertukar serangan usai Israel meluncurkan serangan ke Jalur Gaza yang telah membunuh lebih dari 40.000 jiwa sejak Oktober 2023 lalu.
Pada Rabu, serangan Israel di Sidon, Lebanon dilaporkan membunuh komandan senior sayap militer Fatah, Brigade Martir Al-Aqsa, Khalil Al-Maqdah. Serangan tersebut dilaporkan menyasar mobil yang ditumpangi Khalil.
Sebelum petinggi Fatah tersebut, seorang pejabat tinggi Hamas juga dilaporkan terbunuh serangan Israel di Sidon.
Fatah mengecam Israel atas pembunuhan Khalil Al-Maqdah, dan menuduhnya sengaja menyulut perang berskala besar di Timur Tengah.
“Pembunuhan pejabat Fatah menjadi bukti lebih lanjut bahwa Israel ingin memantik perang berskala penuh di kawasan,” kata Anggota Komite Sentral Fatah Tawfik Tirawi, dikutip Times of Israel.
Baca Juga: Blinken Akhiri Kunjungan ke Timur Tengah tanpa Gencatan Senjata Israel-Hamas
Sumber : Al Jazeera, Times of Israel
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.