NEW YORK, KOMPAS.TV – Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) mengatakan jumlah pekerja kemanusiaan yang tewas dalam konflik di seluruh dunia mencatat rekor tertinggi pada 2023, dengan jumlah kematian pada 2024 diprediksi lebih parah.
Menurut PBB, Senin (19/8/2024), lebih dari setengah kematian tersebut terjadi setelah perang Israel di Gaza meletus pada 7 Oktober, dan tahun ini bisa jadi lebih mematikan lagi.
Menurut Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA), sebanyak 280 pekerja kemanusiaan dari 33 negara tewas pada 2023, lebih dari dua kali lipat dari angka tahun sebelumnya yang mencapai 118 orang.
Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres melalui akun X-nya menyatakan, menghormati para pekerja kemanusiaan yang tewas di tahun paling mematikan ini, tidaklah cukup.
"Di Sudan dan banyak tempat lain, pekerja kemanusiaan diserang, dibunuh, dilukai, dan diculik. Kami menuntut diakhirinya impunitas agar para pelaku diadili," tegasnya.
OCHA menyebutkan tahun ini "mungkin menuju hasil yang lebih mematikan," dengan 172 pekerja kemanusiaan tercatat telah tewas hingga 7 Agustus, berdasarkan catatan sementara dari Database Keamanan Pekerja Kemanusiaan.
Lebih dari 280 pekerja kemanusiaan tewas dalam perang Israel di Gaza yang telah berlangsung selama 11 bulan, sebagian besar akibat serangan udara Israel.
Baca Juga: 205 Staf PBB dan 40.000 Warga Tewas oleh Israel sejak Oktober 2023, PBB Yakin Keadilan Akan Datang
Mayoritas korban adalah warga Palestina yang bekerja untuk Badan PBB yang membantu pengungsi Palestina, UNRWA.
Selain itu, tingkat kekerasan ekstrem di Sudan dan Sudan Selatan juga turut menyumbang angka kematian, baik tahun ini maupun tahun lalu.
Pejabat sementara urusan kemanusiaan PBB, Joyce Msuya, dalam sebuah pernyataan mengatakan, "Normalisasi kekerasan terhadap pekerja kemanusiaan dan kurangnya pertanggungjawaban sangat tidak dapat diterima, tidak bermoral, dan sangat merugikan operasi kemanusiaan di mana saja."
Dalam sebuah surat kepada 193 negara anggota PBB, 413 organisasi kemanusiaan di seluruh dunia menyatakan, "Permusuhan brutal yang kita saksikan dalam berbagai konflik di seluruh dunia telah mengungkap kebenaran mengerikan: Kita hidup di era impunitas."
Organisasi-organisasi tersebut mendesak semua negara, komunitas internasional yang lebih luas, dan semua pihak dalam konflik, untuk melindungi warga sipil dan pekerja kemanusiaan serta membawa para pelaku kekerasan ke pengadilan.
Hari Kemanusiaan Sedunia memperingati peristiwa pemboman oleh teroris di kantor PBB di Hotel Canal, Baghdad, pada 19 Agustus 2003, yang menewaskan 22 anggota staf PBB, termasuk utusan utama PBB untuk Irak, Sergio Vieira de Mello, seorang diplomat asal Brasil.
Dalam upacara di markas besar PBB pada Senin, di depan bendera PBB yang robek akibat serangan di Baghdad itu, puluhan staf PBB saat ini dan keluarga korban, berdiri dalam hening untuk mengenang mereka – begitu pula banyak orang yang menyaksikan di seluruh dunia.
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.