Kompas TV internasional kompas dunia

Malaysia Luncurkan Skema Adopsi Orangutan untuk Pengimpor Minyak Sawit Mereka

Kompas.tv - 19 Agustus 2024, 07:24 WIB
malaysia-luncurkan-skema-adopsi-orangutan-untuk-pengimpor-minyak-sawit-mereka

Potret Satu, orangutan 26 tahun yang mati di Kebun Binatang San Diego pada 22 Desember 2021. Malaysia kini menawarkan skema adopsi orangutan kepada perusahaan-perusahaan yang mengimpor minyak sawit dari negara tersebut.(Sumber: Ken Bohn/San Diego Zoo Wildlife Alliance via Associated Press)

Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Desy Afrianti

SANDAKAN, KOMPAS TV - Dalam upaya memperbaiki citra lingkungan di mata internasional, pemerintah Malaysia kini menawarkan skema adopsi orangutan kepada perusahaan-perusahaan yang mengimpor minyak sawit dari negara tersebut.

Menteri Perkebunan dan Komoditas, Johari Abdul Ghani, hari Minggu, 18/8/2024 mengumumkan bahwa program ini bertujuan untuk menjaga habitat alami orangutan di Malaysia sambil menanggapi kritik terkait dampak industri minyak sawit terhadap lingkungan.

Johari juga menegaskan komitmen Malaysia untuk menghentikan deforestasi, dengan janji 54% dari wilayah negara akan tetap berhutan dan tidak akan berkurang di bawah 50%.

Sebelumnya, pada Mei lalu, Johari mengajukan rencana kontroversial yang mengusulkan pengiriman orangutan ke luar negeri sebagai simbol "hadiah" bagi negara-negara pengimpor minyak sawit, yang kemudian menuai penolakan dari kelompok konservasi.

"Saat ini kami memutuskan orangutan tidak akan dipindahkan dari habitat aslinya. Kami akan bekerja sama dengan negara-negara pengimpor minyak sawit untuk memastikan hutan-hutan ini tetap terjaga untuk masa depan," kata Johari dalam konferensi pers di Sabah, Borneo Utara.

Baca Juga: Menhub Dukung Wisata Kapal Pinisi Balikpapan-IKN, Lintasi Penangkaran Orang Utan dan Bekantan

Skema yang dijuluki "diplomasi orangutan" ini pertama kali muncul setelah Uni Eropa memberlakukan larangan impor produk yang terkait dengan deforestasi.

Malaysia, sebagai produsen minyak sawit terbesar kedua di dunia, mengkritik kebijakan tersebut sebagai diskriminatif.

Dana yang dihasilkan dari program adopsi ini akan digunakan untuk mendukung organisasi non-pemerintah dan pemerintah negara bagian Sabah dalam memantau dan melindungi habitat orangutan.

Meski biaya adopsi belum diumumkan, program ini diharapkan dapat membantu konservasi yang lebih berkelanjutan, seperti membangun koridor yang menghubungkan hutan-hutan yang terfragmentasi.

Marc Ancrenaz, direktur ilmiah dari LSM Hutan, menyatakan harapannya agar skema ini dapat mendukung upaya pelestarian yang lebih luas, terutama dalam menjaga konektivitas ekosistem yang penting bagi kelangsungan hidup orangutan. 




Sumber : Straits Times




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x